Jakarta Gatra.com- Indonesia telah resmi menggelar jaringan 5G melalui perusahaan operator seluler Telkomsel dan Indosat. Telkomsel telah menggelar jaringan 5G pada Mei lalu (27/5). Selain itu, terdapat operator komunikasi lainnya, yakni Indosat yang baru saja secara resmi merlis layanan 5G pada pekan lalu (14/6). Jaringan 5G Indosat saat ini telah hadir di lima kota di Indonesia, yakni Solo, Jakarta, Surabaya, Balikpapan, dan Makasar.
Surung Sinamo, Country Manager Indonesia, F5 menilai bahwa peluncuran layanan 5G di Indonesia menandai babak baru bagi dunia industri di tanah air. "Jaringan seluler 5G akan memberikan perusahaan konektivitas yang lebih baik dan latensi yang lebih rendah, yang memungkinkan perangkat merespons lebih cepat ke perangkat lain. Oleh karena itu, 5G dapat membantu perusahaan meningkatkan penawaran layanan mereka dan bahkan menciptakan layanan baru yang lebih menguntungkan bagi pelanggan mereka" ungkapnya dalam webminar yang digelar F5 pada Kamis (01/07).
Selain itu menurutnya, jaringan 5G juga mampu menawarkan sejumlah keuntungan lainnya seperti analitik bisnis secara real-time hingga konektivitas yang lebih baik. Surung menjelaskan bahwa setidaknya terdapat tiga perbedaan antara jaringan 5G dengan jaringan sebelumnya yakni 4G. Perbedaaan pertama terletak pada kecepatan. "Di 5G, speednya bisa 10 - 100 kali lipat dibandingkan 4G. Jadi speednya sangat luar biasa sampai 10 Gbps." jelas Surung.
Dengan kecepatan tersebut, Surung menjelaskan, memungkinkan akan adanya aplikasi-aplikasi baru yang sebelumnya tidak dapat ditunjang oleh jaringan 4G. Perbedaan berikutnya terletak pada letensi. Secara sederhana, latensi merupakan waktu yang dibutuhkan data dari tempatnya berasal untuk sampai ke tempat tujuannya yang diukur dalam satuan mili detik. Semakin besar latensi maka semakin besar kemungkinan terjadi delay antara satu gawai dengan yang lainnya. "Latensi di 5G network itu 1 mili second, jadi dibandingakan average latency di 4G kira-kira 100-200 mili seconds." tambahnya.
Dengan lantensi yang ditawarkan jaringan 5G, Surung kembali menyebutkan akan muncul sejumlah bisnis yang menawarkan layanan yang mungkin untuk saat ini hanya dapat dilakukan secara luring, namun ke depannya dilakukan secara daring dengan memanfaatkan latensi 5G. Sebut saja di dunia medis, 5G akan memudahkan telesurgery atau operasi jarak jauh dimana latensi memegang kunci keberhasilannya.
Terakhir, jelas Surung, perbedaan terletak pada jumlah connected device yang lebih rapat. Sebagai contoh, dalam jaringan 5G memungkinkan terdapat 1 juta gawai dalam 1 Kilo Meter persegi. "Dengan adanya 5G ini mendukung mass IoT Implementation."