Jakarta, Gatra.com - Komitmen Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita (RSJPDHK) terhadap kesehatan pasien terus berlanjut. Hal ini terlihat dengan adanya program rehabilitasi kardiovaskular (prevensi sekunder) bagi pasien pascaoperasi jantung.
Program rehabilitasi kardiovaskular tersebut melibatkan ahli multidisiplin seperti dokter spesialis jantung, perawat kardiovaskular, fisioterapis, psikolog, rehab medis, dietisien gizi, hingga rohaniawan, yang bergabung bersama dalam memberikan program tata laksana menyeluruh bagi kesembuhan pasien.
Dokter Spesialis Jantung RSJPDHK, dr. Ade Meidian Ambari, Sp.JP(K) menjelaskan program rehabilitasi kardiovaskular diperuntukan bagi pasien pasca tindakan pasang ring (PTCA), bedah pintas arteri koroner (BPAK), pascatindakan ganti katup jantung, gagal jantung, hingga pasien perokok agar faktor risikonya bisa mendapat tatalaksana dan kondisi sakitnya tidak terulang kembali.
"Program rehabilitasi ini bukan hanya meliputi latihan saja. Melainkan juga memberikan manajemen faktor risiko bagi pasien kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah), seperti pasien merokok menjadi tidak merokok, pasien hipertensi tidak terkontrol menjadi terkontrol, kolesterol jadi normal,” papar dr. Ade Meidian, Rabu (30/6).
"Semua itu membutuhkan konseling bukan hanya tata laksana pengobatan saja," kata dokter yang juga aktif dalam organisasi profesi kedokteran (IDI) dan PERKI itu.
Program rehabilitasi ini terbagi atas tiga fase. Fase pertama diberikan saat pasien dirawat usai operasi hingga pasien pulang dari RS. Fase kedua dimulai dari 10 hari sejak pasien pulang hingga 2 minggu setelah kepulangan dan dilakukan sebanyak 12 kali latihan.
"Hasilnya akan terlihat, kapasitas fungsional mereka yang sebelumnya rendah, kebugaran rendah, setelah melakukan rehabilitasi jadi lebih baik,” ungkap dr. Ade Meidian selaku Ketua Kelompok Staf Medik Prevensi dan Rehabilitasi.
dr. Ade Meidian memaparkan bahwa program prevensi sekunder yang diberikan RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita dilakukan secara holistik. Selain pemberian bimbingan terapi dan latihan fisik, terdapat modalitas lain yang juga turut digunakan dalam program rehabilitasi pasien seperti penggunaan alat ECP (External Counter Pulsation) bagi pasien dengan keluhan angina refrakter/nyeri dada berulang.
Penggunaan alat ECP di RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita telah dibuktikan memberikan manfaat bagi pasien. ”Kita sudah melakukan penelitian untuk menggunakan alat ini, jam terbangnya pun sudah mencapai 3000 jam,” papar dr. Ade. Bahkan sambutan yang diberikan oleh pasien sangat positif dalam penggunaan alat ini. Contohnya, pasien keluhan nyeri dada merasakan banyak pengurangan rasa sakit atau bahkan sakitnya menghilang, setelah beberapa kali melakukan treatment pengobatan hingga merasakan kondisi lebih sehat.
Tindakan ECP memiliki waktu pengobatan yang lebih panjang, dilakukan sebanyak 35 kali pertemuan selama 1 jam per pertemuan. “Dapat dilakukan setiap hari Senin sampai Jumat selama 7 minggu. Atau bisa dilakukan sehari 2 kali masing-masing 1 jam hingga 35 kali terapi. Untuk waktu bisa disesuaikan mengikuti pasien dan keluarga,” jelas dr. Ade Meidian.
Dia bahkan memastikan bahwa RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita telah melakukan HARTEC Study untuk penggunaan ECP dan memberikan hasil yang baik.
“Selain layanan ECP, RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita mengembangkan program paliatif kardiovaskular dimana kita bukan hanya mengobati pasiennya, tetapi juga tatalaksana untuk mengobati psikologisnya dan pasien tersebut juga diberikan support oleh perawat-perawat terlatih hingga pendekatan religius keagamaannya,” ungkapnya.
Pasien seperti keluhan gagal jantung, angina refraktor/nyeri dada berulang dalam kondisi lanjut, pasien dengan keluhan pompa jantung rendah, hingga pembengkakan jantung telah dapat ditangani secara menyeluruh dengan program paliatif kardiovaskular ini.
Sedangkan untuk pasien dengan kondisi berat dan membutuhkan perawatan dalam jangka panjang, RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita mengembangkan program Cardiac Home Care. “Pelayanan Cardiac Home Care dapat meminimalkan risiko infeksi pada pasien. Dan memberikan kenyamanan bagi pasien dan keluarga yang membutuhkan perawatan kardiovaskular dirumah dalam jangka panjang,” jelas dr. Ade Meidian.
Menurut dr. Ade Meidian, tujuan dari program rehabilitasi kardiovaskular (Prevensi Sekunder) adalah untuk menurunkan angka mortalitas dan morbiditas. “Sudah menjadi komitmen kami untuk melakukan pencegahan sekunder,” tegas dr. Ade Meidian. Sebab, mencegah lebih baik daripada mengobati.