Ramallah, Gatra.com- Puluhan wartawan Palestina berunjuk rasa di luar gedung Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) di Ramallah pada hari Senin (28/06) untuk menuntut kebebasan pers menyusul bentrokan dengan pasukan keamanan Palestina yang dipicu oleh tewasnya seorang aktivis yang berada di dalam tahanan.
Nizar Banat, seorang aktivis berusia 43 tahun dari Hebron yang dikenal dengan video-video di media sosial yang memuat dugaan korupsi di dalam Otoritas Palestina, meninggal pekan lalu tak lama setelah pasukan keamanan menyerbu rumahnya dan menangkapnya dengan kejam.
Kematian Banat memicu bentrokan yang berlangsung dalam beberapa hari terakhir antara pengunjuk rasa dan polisi hingga menyebabkan sejumlah wartawan terluka. Reporters Without Borders mengatakan bahwa hingga Senin kemarin terdapat 12 jurnalis Palestina, termasuk lima wanita, telah diserang oleh polisi Palestina selama kerusuhan akhir pekan di Tepi Barat.
Naila Khalil, seorang reporter dengan kantor berita The New Arab, mengatakan wartawan Palestina telah mengirimkan surat kepada PBB guna mendesak sejumlah lembaga internasional untuk segera mengambil tindakan yang diperlukan guna melindungi kebebasan pers.
Mohammed Gharafi dari situs berita Ultra Palestine mengatakan dirinya telah diintimidasi oleh pasukan keamanan Palestina yang mengancam akan menyita teleponnya jika dia tidak berhenti merekam aksi protes.
Secara terpisah, kelompok hak asasi manusia di Ramallah mengumumkan pembentukan tim hukum untuk menindaklanjuti serangan terhadap wartawan. Dalam konferensi pers, Direktur Jenderal Komisi Independen Hak Asasi Manusia Ammar al-Dwaik mengatakan beberapa organisasi hak asasi manusia telah meminta kesaksian dari sejumlah wartawan yang diserang saat meliput demonstrasi di Ramallah selama beberapa hari terakhir.
“Wartawan sengaja menjadi sasaran, terutama jurnalis perempuan di lapangan melalui penyerangan, pembajakan kamera, atau perampasan alat komunikasi,” ujar al-Dwaik. Dia menggambarkan peristiwa itu sebagai hal yang sangat mengkhawatirkan dan dapat mencegah jurnalis dalam menjalankan perannya.
Sebelumnya, Pada Ahad (27/08) lalu, sejumlah wartawan memotong kartu pers mereka sebagai protes atas diamnya Aliansi Jurnalis Palestina terkait serangan terhadap mereka.
Seorang jurnalis, Fayhaa Khanfar, dipanggil oleh intelijen Otoritas Palestina untuk diinterogasi pada hari Senin. Khanfar merupakan salah satu jurnalis wanita yang mengalami serangan fisik dalam aksi protes di Ramallah. Dirinya menceritakan kepada media lokal tentang bagaimana pasukan keamanan berpakaian preman melemparkan batu dan botol ke arah wartawan, selain itu merampas atau merusak kamera dan ponsel mereka. “Salah satu tentara berpakaian sipil menyerang saya ketika saya berdiri di pinggir jalan,” katanya.
“Dia mencoba mengambil ponsel saya dengan paksa sambil meneriaki saya, dan dia menyeret saya ke jalan utama dan mendorong saya ke tanah,” katanya.