Cilacap, Gatra.com – Musim pandemi menjadikan siswa banyak belajar di rumah. Bahan belajarnya pun kebanyakan berasal dari lingkungan seputar rumah. Tak terkecuali di Kabupaten Cilacap.
Memanfaatkan sumber daya alam sekitar rumah berupa tumbuh-tumbuhan seperti kunyit, daun pandan, daun suji dan kulit buah manggis, Calon Guru Penggerak SDN 4 Kubangkangkung, Kawunganten, Kabupaten Cilacap Munofa Khoeron Rizoq mengajak siswanya membuat pewarna batik alami.
Bahan-bahan tersebut dijadikan sebagai pewarna alami dalam pembuatan batik jumputan oleh siswa kelas 5 di SD tersebut.
Menurut Munofa, proses pembuatan batik diawali dari membuat warna alami dari tumbuhan, seperti kunyit untuk warna kuning, daun suji untuk warna hijau, kulit manggis untuk warna biru, dan ungu.
"Proses pembuatan batik jumputan sangat sederhana. Kain putih polos diikat dengan beberapa teknik seperti teknik ikatan mawar ganda, teknik ikatan silang dan teknik ikatan tunggal. Cukup diikat dengan tali karet, lalu dicelupkan ke dalam rebusan air kunyit, atau bahan pewarna alami lainnya. Setelah itu batik dikeringkan, langsung jadi. Anak-anak pun sangat suka," jelasnya, Sabtu (26/6).
Sementara, Kepala SDN Kubangkangkung 4 Aminah mengatakan, hasil dari batik jumputan para siswanya memang belum sampai dijual. Karya batik tersebut masih sebagai hiasan di kelas dan beberapa akan dibuat sebagai taplak meja atau barang bermanfaat lainnya.
"Ke depan, kami berharap dengan melatih anak kreatif seperti ini bisa menjadi bekal mereka untuk menekuni ketrampilan khususnya dalam bidang pembuatan batik, untuk meningkatkan perekonomian,” kata Aminah.
Seorang siswa, Fitria Nur Istiqomah mengungkapkan, kegiatan membuat batik jumputan dengan warna alami sangat mengasyikkan. Menurutnya aktivitas membuat batik jumputan dapat menambah kreativitas serta meningkatkan kemampuan bekerja sama dengan siswa lainnya dalam belajar.
"Saya merasa senang dan bebas berekspresi dengan aktivitas membatik ini," ujar Fitria.