Home Kesehatan Bupati Jengkel, Pencairan BTT untuk Covid-19 Ribet

Bupati Jengkel, Pencairan BTT untuk Covid-19 Ribet

Sragen, Gatra.com - Penggunaan Biaya Tak Terduga (BTT) untuk penanganan Covid-19 yang berbelit-belit membuat Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati jengkel. 

Padahal ia berniat membeli 100 buah bed bagi pasien Covid-19 di tempat isolasi terpusat di Technopark dan SDN Kragilan. 

Saat ini, jumlah tempat tidur di Technopark hampir habis terpakai. Jumlahnya 350 unit. Padahal penambahan pasien positif Covid-19 per hari mencapai 100 orang. 

Technopark difungsikan tempat isolasi terpusat warga terpapar Covid-19 tanpa gejala hasil tracing Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sragen. 

"Sebagian APBD sudah direfocusing. Tujuannya menangani Covid-19 dengan cepat. Tapi apa gunanya sekarang kalau duit refocusing lama cairnya. Keburu pasien Innalilahi (meninggal)," jelas wanita yang akrab disapa Yuni ini, Senin (21/6). 

Awalnya, ia dan tim menyurvei kebutuhan bed di Technopark dan tempat isolasi terpusat yang direncanakan di SDN Kragilan. Tempat tidur yang diinginkan ternyata tidak bisa segera dibeli. 

Yuni mengatakan mekanisme pencairan BTT yang tersebar di OPD, ternyata lebih ribet. Tidak seperti dahulu dengan kuasa BTT cukup oleh Sekda saja. 

Ia mencontohkan mau beli 100 tempat tidur atau bed untuk ruang isolasi pasien saja, Kepala DKK menyebut butuh waktu satu setengah bulan. 

Akhirnya ia memutuskan membeli 100 bed dari dipan kayu dengan uang UPTPK. Bed kualitas kayu dipesankan ke pengrajin dengan harga Rp700.000 per unit. 

Dengan dipan terbeli, nantinya tinggal dibelikan kasur dan perlengkapan lain. "Secepatnya sudah bisa dengan cepat dipasang di Technopark dan bekas SD Kragilan," katanya. 

Ia menduga banyaknya administrasi berbelit kegiatan Covid-19 membuat proses lainnya terhambat. Padahal sepengetahuannya, DKK sedang mengurus pencairan insentif nakes Rp3,8 miliar.

1408

KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR