
Jakarta, Gatra.com- Moody's Investors Service merilis peringkat status PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) dengan prospek stabil dan peringkat utang senior tanpa jaminan Baa2.
Kepala Riset PT Koneksi Kapital, Marolop Alfred Nainggolan menilai level peringkat itu menunjukkan perseroan mampu mempertahankan posisi keuangan dan likuiditas yang baik. Moody’s memberikan rating ini juga pada Juni tahun 2020 lalu.
"Artinya PGN mampu menjaga performanya di tengah tekanan ekonomi yang kuat, meski realisasi penurunan harga gas menjadi US$6 per mmbtu yang memangkas margin perseroan," ujar Marolop dalam keterangan tertulisnya, Selasa (22/6).
Menurut Marolop, harga gas US$6 menjadi salah satu tantangan utama PGN saat ini. Pasalnya tujuh kelompok industri yang mendapat previlege harga dari pemerintah itu mengonsumsi hingga 70% dari total penjualan gas PGN.
"Dengan program harga US$6 per mmbtu mestinya tujuh sektor itu bisa memberi dampak ekonomi yang lebih besar. Ditengah pandemi saat ini pemerintah butuh lapangan kerja, pajak dan motor pertumbuhan ekonomi dari tujuh sektor penerima subsidi gas itu," kata Marolop.
Sebelumnya, Vice President and Senior Credit Officer Moody's, Abhishek Tyagi menyebut rating ini mencerminkan profil keuangan PGN yang solid dan likuiditas kuat. "Seharusnya mampu menyerap dampak dari penurunan permintaan gas akibat pandemi dan penurunan margin distribusi," katanya.
Abhisek menjelaskan, peringkat Baa2 PGN mencerminkan profil kredit PGN standalone alias mandiri. Juga dengan rating stabil mencerminkan peningkatan satu tingkat.
Hal ini berdasarkan ekspektasi Moody's bahwa perusahaan akan menerima dukungan dari Pemerintah Indonesia serta kemungkinan melalui Pertamina pada saat dibutuhkan. Moody's memperkirakan metrik kredit PGN akan jauh lebih lemah dibandingkan dengan level 2017 - 2019.
Namun, metrik tersebut akan tetap berada di atas ambang batas untuk profil kredit mandiri PGN. Profitabilitas bisnis hulu PGN dinilai Moody's masih akan melemah karena penurunan volume produksi dan pemotongan belanja modal, yang akan menyebabkan penurunan produksi lebih lanjut dari aset produksinya.
Selama 12 hingga 18 bulan ke depan, arus kas ditahan (RCF)/utang PGN kemungkinan akan 15% - 20% dan cakupan bunga sekitar 4,0x - 4,5x. Oleh karena itu, PGN memiliki penyangga keuangan untuk mengelola metrik kreditnya dalam ekspektasi peringkat.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan, hingga kuartal I-2021 PGN mencatatkan laba bersih sebesar US$61,5 juta atau setara dengan Rp870 miliar. Angka ini naik dari periode sama tahun lalu US$47,7 juta.
Pendapatan PGN tercatat sebesar US$733,15 juta dan EBITDA sebesar US$191,24 juta. Sejak Januari hingga Maret 2021, rata-rata penjualan gas bumi PGN sebesar 916 BBTUD atau naik sebanyak 7,86% di atas target triwulan I 2021.
Sementara dengan total aset sebesar US$7,52 miliar dan total liabilitas USD4,50 miliar, per 31 Maret 2021 PGN memiliki total ekuitas US$3,02 miliar dengan rasio lancar (perbandingan aset lancar dengan liabilitas jangka pendek) sebesar 1,8 kali.
Prospek stabil pada peringkat mencerminkan likuiditas PGN yang kuat dan ekspektasi Moody's bahwa PGN memiliki ruang gerak dalam hal keuangan yang akan mendukung kemampuannya untuk menavigasi melalui kondisi industri yang menantang.
"Moody's berharap PGN dapat mempertahankan posisinya yang strategis dan penting sebagai perusahaan transmisi dan distribusi gas yang dominan di tanah air, dan perannya dalam mengimplementasikan keputusan kebijakan pemerintah Indonesia," pungkas Abhisek.