Banyumas, Gatra.com – Dinas Kesehatan bekerja sama dengan Yayasan Thalasemia Indonesia (YTI) Kabupaten Banyumas menyelenggarakan seminar kesehatan bertajuk ‘Yuk Kenali darahmu dan Cegah Thalasemia’, Senin (21/6).
Dalam seminar ini, peserta diberi berbagai informasi mengenai penyakit thalasemia, serta cara pencegahannya karena thalasemia merupakan penyakit keturunan (kelainan genetik) akibat kelainan sel darah merah, dan thalasemia sama sekali tidak menular.
Seminar menghadirkan narasumber Bupat Banyumas Achmad Husein, Ketua YTI Banyumas Erna Husein, Ketua Perhimpunan Orang Tua Penderita Thalassaemia Indonesia (POPTI) Banyumas Siti Aminah, dan dr. Muh Basalamah, Sp.A (K).
Ketua YTI Kabupaten Banyumas, Erna Sulistyawati Achmad Husein, mengatakan, berdasarkan data di RSUD Banyumas penderita thalasemia mencapai 500 orang lebih yang berasal dari Banyumas Raya dan Brebes bagian selatan. Separuh di antaranya orang Banyumas.
Ia juga sepakat bahwa jalan pencegahan lewat mencegah perkawinan sesama pembawa sifat thalasemia. Perkawinan sesama pembawa sifat akan memunculkan peluang 25% kelahiran anak dengan thalasemia mayor. Maka ia mendukung adanya skrining talasemia, yakni pemeriksaan darah dan analisis Hb yang meliputi saudara kandung penyandang talasemia.
Dia menjelaskan, saat seseorang diduga menderita thalasemia maka dia akan dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih besar atau lengkap. Sebelum menikah, calon pengantin juga harus mengetahui status kesehatannya dan mengecek kemungkinan akan menurunkan thalasemia pada anak-anaknya kelak
“Ibu hamil bisa cek janin pada obgyn yang sudah terlatih. Ini penting supaya tahu, mencegah dan siap jika punya keturunan yang harus transfusi seumur hidup," ujar Erna Husein, dalam keterangan tertulis Humas Pemkab Banyumas, Senin malam.
Sementara itu, Bupati Banyumas Achmad Husein terus mengajak semua pihak dapat menyampaikan kepada masyarakat luas mengenai pentingnya mencegah penyakit ini, serta menjaga pola hidup sehat, sehingga penyakit ini dapat dicegah. Pemkab Banyumas sudah berusaha melakukan skrining anak dan orang yang berpotensi menurunkan angka thalasemia.
“Kita sudah berusaha, adakan screening meski belum masif dan meminta kepada KUA apabila ada orang yang berpotensi membawa keturunan thlasemia agar diingatkan. Kalau dilarang kayaknya enggak mungkin, maka sebaiknya tidak punya anak, atau kesadaran dari penderita thalasemia sendiri itu lebih baik,” kata Bupati.
Bupati juga menyampaikan, pada tahun ini Gedung Pelayanan Thalasemia RSUD Banyumas akan kembali dibangun. Tujuannya untuk mengurangi penderitaan penyintas thalasemia.
“Saya enggak bisa membayangkan bagaimana anak-anak kita ini sepanjang hidupnya harus bertransfusi darah setiap bulan, bahkan ada yang 3 minggu [pekan] sekali. Belum setelah transfusi harus minum obat kalesi besi yang besar-besar,” kata Bupati.