Jakarta, Gatra.com – CEO Equnix Business Solutions, Julyanto Sutandang, mengatakan, setidaknya ada empat hal yang harus diperhatikan dalam memilih hardware untuk database.
Julyanto menyampaikan, keempat hal tersebut, yakni memiliki hardware yang IOPS-nya tinggi, CPU harus yang clock-nya tinggi, memiliki banyak core, dan memiliki interprocessor communication yang andal.
Ia dalam siaran pers, Senin (21/6), mengungkapkan, ada ratusan jenis hardware khusus untuk mendukung jaringan komputer yang beredar di pasaran. Kebutuhan akan hardware bisa disesuaikan dengan keperluan sambil tetap mengedepankan performanya agar maksimal dan cepat.
Menurut Julyanto, ada banyak pertimbangan yang harus diperhatikan saat memilih hardware untuk database, terutama karena perangkat ini digunakan menangani ratusan kolom dan jutaan baris data sehingga bisa sangat memengaruhi kinerja dari response time.
Dalam webinar "Equnix Weekly Tech Talk: In-Memory Database is Really Faster?" Julyanto mengatakan, memilih hardware tak bisa sembarangan, melainkan harus memiliki pemahaman bagaimana menentukan hardware yang baik.
Ia menjelaskan, hardware input/output operations per second (IOPS) turut memengaruhi performa software database management system (DBMS) PostgreSQL yang berjalan di server.
"Tentunya [mempengaruhi] karena PostgreSQL adalah aplikasi yang me-maintenance atau mengolah database secara dinamis," katanya.
Ia menjelaskan, sangat memengaruhi karena hal tersebut membutuhkan kemampuan persistensi dan akses yang sangat cepat ke storage. Maka itu, harus menggunakan hardware dengan IOPS yang tinggi. Semakin cepat hardware IOPS-nya, pasti akan sangat memengaruhi kemampuan database dan itu adalah faktor yang utama.
Dalam webinar ini, dibahas pula bagaimana in-memory database diperkenalkan sebagai solusi untuk mengantisipasi terjadinya masalah penurunan performa software DBMS.
Namun pada dasarnya, "produk" in-memory database tambahan tidak diperlukan. Menurut Julyanto, selain memilih hardware dengan cermat, hal tak kalah krusial lainnya dalam menjaga performa dan kecepatan database adalah melakukan tuning PostgreSQL yang tepat dan pemeliharaan rutin.
"PostgreSQL pada dasarnya memiliki konsep in-memory database selama dia tidak mengakses ke storage yang bisa membuat performa lambat," katanya.
Untuk solusinya, lanjut dia, harus melakukan mekanisme persistensi yang baik. Ia berpendapat tidak perlu menggunakan in-memory database. Gunakan PostgreSQL dengan tuning yang baik dan maintenance, maka database akan punya performa yang tidak kalah cepat atau mungkin lebih cepat dari yang diklaim sebagai in-memory database.
Ia menambahkan, software DBMS canggih seperti PostgreSQL dibekali kemampuan yang memenuhi standar Atomicity Consistency Isolation Durability (ACID), sehingga 100% memiliki kemampuan sebuah RDBMS yang bisa menjaga transaksi dan integritas data.
"Dengan ACID yang dijamin seperti itu, PostgreSQL bisa menangani database transaksional dan sebagai database yang memiliki kemampuan menangani transaksi yang tinggi seperti halnya in-memory database," ujarnya.