Home Kesehatan Stunting Nyaris Capai Target 14%, Banyumas Luncurkan Jatingmas

Stunting Nyaris Capai Target 14%, Banyumas Luncurkan Jatingmas

Banyumas, Gatra.com – Bupati Banyumas, Achmad Husein meluncurkan Forum Jaga Stunting (Jatingmas) di Pendopo Sipanji pada Senin (14/6). Forum ini merupakan media untuk menguatkan tugas para Kader Lembaga Kemasyarakatan Desa yang berkecimpung di bidang penanggulangan stunting.

Husein mengatakan bahwa saat ini Banyumas merupakan kabupaten dengan tingkat prevalensi stunting yang sudah mendekati target, yaitu 14% di tahun 2024. Saat ini, Kabupaten Banyumas berada di angka 14.2% yang artinya masih butuh kerja keras dari berbagai pihak dalam penanggulangan stunting.

“Saya yakin, dengan segenap usaha kita, disertai dengan kerja sama dan sinergisitas dari berbagai pihak, masalah stunting di wilayah Kabupaten Banyumas bisa kita turunkan kembali menuju Banyumas Bebas Stunting 2024,” kata bupati, dalam keterangan tertulisnya, Senin malam.

Menurut dia, permasalahan stunting adalah tanggung jawab semua pihak. Oleh karena itu, penanganan stunting harus dilakukan lintas sektoral. Dengan di-launching-nya Forum Jatingmas dan Buku Saku Jatingmas, diharapkan Lembaga Kemasyarakatan Desa (LKD) yang merupakan salah satu ujung tombak dalam penanggulangan stunting di tingkat desa dikuatkan peran dan fungsinya.

Kader lembaga kemasyarakatan desa tersebut, antara lain kader RT, RW, PKK, Posyandu atau Pembangunan Manusia (KPM). LKD bertugas mengadvokasi, mengedukasi maupun mendata keberadaan kasus stunting di wilayah kader LKD. Selain itu, OPD terkait dalam penanggulangan stunting harus mampu bersinergi dan tidak ada lagi over lapping dalam pelaksanaan tugasnya.

Menurut Bupati, salah satu penyebab masih cukup tingginya stunting adalah masih kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya: periode 1000 hari pertama kehidupan; konsumsi gizi yang sehat dan seimbang; serta Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS).

Selain tidak tercukupinya asupan gizi anak sejak masih di dalam kandungan, ujar dia, stunting juga bisa disebabkan asupan gizi saat anak masih di bawah usia dua tahun yang tidak tercukupi.

“Entah itu tidak diberikan ASI eksklusif ataupun MPASI [makanan pendamping asi] yang diberikan kurang mengandung zat gizi yang berkualitas. Stunting juga tidak hanya dipengaruhi faktor gizi dan kesehatan semata, namun tingkat pendidikan, pola asuh, sanitasi/air bersih juga turut memengaruhi kasus-kasus stunting,”  kata Bupati.

Salah satu kesalahan lain yang tidak disadari para orang tua, kebanyakan hanya melihat perkembangan dan pertumbuhan anaknya dari berat badannya. Jika berat badan cukup atau melihat pipi anaknya sudah sedikit tembem, maka dianggap anak tersebut sudah sehat. Padahal, tinggi badan tidak kalah penting untuk dipantau. Banyak yang tidak menyadari bahwa anak pendek adalah permasalahan gizi yang cukup buruk bagi kesehatan anak.

Sementara itu, Kepala Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (Dinsospermasdes) Kabupaten Banyumas, Widarso, menyatakan bahwa stunting merupakan tanggung jawab semua pihak dan diperlukan sinergi semua lapisan agar penanganannya berjalan secara terkoordinir.

“Diharapkan melalui forum ini upaya penanggulangan stunting antar OPD, maupun para Kader LKD berlangsung sinergis dan tidak ada overlapping tugas di lapangan,” kata Widarso.

Acara peluncuran ini dihadiri oleh tujuh OPD yang terkait penanganan stunting yaitu Bappedalitbang, Dinsospermasdes, Dinas Kesehatan, DPPKBP3A, Dinpertan KP, Dinas Pendidikan dan Dinperkim, sebagai inisiasi dari Dinsospermasdes.

1633