Jakarta, Gatra.com- Kekuasaan 12 tahun Benjamin Netanyahu sebagai Perdana Menteri Israel berakhir. Parlemen negara itu menyetujui pemerintahan koalisi baru yang dipimpin oleh nasionalis sayap kanan, Naftali Bennett, 13/6.
Dilansir dari stasiun berita Al Jazeera pada Minggu (13/6), Bennett, ketua partai ultranasionalis yang menguasai 6 kursi di Knesset yang totalnya ada 120 kursi, dilantik sebagai perdana menteri setelah parlemen mendukung pemerintah koalisi baru dengan selisih tipis 60 suara berbanding 59.
Di bawah perjanjian rotasi, Bennett akan menjabat sebagai perdana menteri selama dua tahun. Kemudian sesudah itu, ia akan digantikan oleh pemimpin tengah Yair Lapid, kepala arsitek pemerintahan baru.
Sebagian besar dari mereka berencana untuk menghindari gerakan menyapu isu-isu seperti kebijakan terhadap warga Palestina di wilayah pendudukan dan berfokus pada reformasi domestik. Akan tetapi, banyak orang Palestina tidak tergerak oleh perubahan pemerintahan, dengan mengatakan bahwa Bennett kemungkinan akan mengejar agenda sayap kanan yang sama dengan Netanyahu.
Analis politik senior stasiun berita Al Jazeera, Marwan Bishara, menggambarkan peristiwa itu sebagai "permusuhan keluarga", dengan menyebut tidak adanya perbedaan ideologis antara perdana menteri lama dan baru. "Mereka pada dasarnya, semua milik keluarga Zionis sayap kanan yang sama," kata Bishara, merujuk pada Netanyahu dan Bennett. "Perbedaan di antara mereka bersifat pribadi, dendam," imbuhnya.