Bogor, Gatra.com - Presiden Kelima RI, Megawati Soekarnoputri, dikukuhkan sebagai Profesor Kehormatan (Guru Besar Tidak Tetap) Universitas Pertahanan RI (Unhan RI) pada Jumat, (11/6), di Kampus Bela Negara, IPSC, Sentul, Bogor.
“Saya sungguh merasa terhormat dan bersyukur atas penganugerahan gelar Profesor Kehormatan dari universitas yang sudah dikenal selalu menggelorakan semangat nasionalisme dan patriotism ini,” ujar Megawati dalam orasi ilmiahnya setelah mendapatkan gelar itu.
Rektor dan civitas akademika Unhan menilai bahwa Megawati telah memenuhi seluruh persyaratan akademik, legal, maupun administratif untuk diangkat sebagai Profesor Kehormatan pada bidang kepemimpinan strategik.
“Penghormatan ini membawa tanggung jawab tersendiri dalam diri saya,” sambung anak kandung Soekarno itu.
“Pemberian gelar profesor ini semakin menyadarkan saya bahwa hidup itu seperti falsafah Jawa, cakra manggilingan. Kita sebagai manusia harus menerima bahwa dunia ini berputar seperti juga roda kehidupan,” imbuh Megawati.
Ketua Umum PDIP tersebut kemudian menuturkan naik-turun kehidupannya. Ia mengaku tumbuh besar di istana, tetapi kemudian setelah tahun 1965 ia hidup seperti warga biasa. Alasannya adalah karena adanya peristiwa politik waktu itu dan ayahnya, Soekarno, dilengserkan dari kursi kekuasaan. “Masa itu adalah masa sulit bagi kami,” ujar Megawati.
Akan tetapi, sejarah berkata lain. Megawati kemudian menjadi anggota DPR RI pada tahun 1987-1997. Dua tahun kemudian ia menjadi wakil presiden perempuan Indonesia pertama mendampingi Gus Dur.
Kemudian tahun 2001 merupakan puncak karir Megawati. Ia naik ke kursi kekuasaan tertinggi sebagai presiden perempuan dalam sejarah Indonesia. Hingga saat ini, ia telah meraih sembilan gelar Doktor Honoris Causa (C.S) yang ia terima baik dari dalam maupun luar negeri.