Sukoharjo, Gatra.com - Beras merupakan salah satu komoditas pangan strategis yang rentan mempengaruhi laju inflasi. Sehingga perlu dilakukan upaya untuk menjaga ketersediaan stok dan keterjangkauan harga komoditas pokok ini.
Dengan begitu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sukoharjo bersama Bank Indonesia menaruh perhatian besar dengan melakukan berbagai upaya untuk mendukung peningkatan produksi dan efisiensi biaya produksi klaster pangan. Karena diketahui Kabupaten Sukoharjo merupakan salah satu kabupaten penghasil padi dengan produktivitas paling tinggi di Provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, tahun 2020, Sukoharjo mampu memproduksi 339.453,059 ton dengan luas lahan 49.061 Hektare.
Penerapan teknologi dengan sistem pertanian modern yang mulai digalakkan di Sukoharjo sejak tahun 2016 terbukti dapat meningkatkan produktivitas tanaman padi sekaligus menurunkan biaya produksi. Tak heran, dengan sistem ini terjadi peningkatan produktivitas sampai dengan 15%, peningkatan efisiensi biaya produksi sampai 10%, dan peningkatan kualitas dan harga gabah.
Selain itu, modern farming mendorong minat generasi muda untuk terjun ke dunia pertanian, khususnya petani padi.
"Saya berharap capaian ini dapat kita pertahankan dan tingkatkan di tahun-tahun yang akan datang," ucap Bupati Sukoharjo Etik Suryani, usai menghadiri panen raya yang dilakukan di Klaster Padi Modern Farming di Desa Tangkisan, Tawangsari, Jumat (11/6).
Terkait kegiatan panen raya padi, sekaligus dilakukan penyerahan bantuan dari BI Solo melalui Program Sosial Bank Indonesia (PSBI), yaitu berupa dua unit sumur dalam untuk Desa Pojok dan Desa Tangkisan serta peningkatan kapasitas SDM melalui pelatihan perbaikan tanah berbasis mikro organisme.
"Saya harap bantuan ini dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, sehingga akan dapat mendorong peningkatan produksi padi di Sukoharjo tetap dapat menjadi lumbung padi di Jateng," tambah Bupati.
Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Solo, Nugroho Joko Prastowo mengatakan, panen raya dilakukan di tengah masa pandemi Covid-19 sebagai bentuk dukungan kepada para pahlawan pangan, petani padi, agar terus dapat produktif dan berkarya tidak terkalahkan oleh pandemi.
Bahkan kendala yang masih dihadapi oleh petani di Klaster Padi Modern Farming Sukoharjo adalah optimalisasi frekuensi tanam yang belum bisa mencapai tiga kali dalam satu tahun. Hal ini disebabkan karena setiap bulan Oktober saluran irigasi dari Waduk Gajah Mungkur dijadwalkan perbaikan (maintenance) rutin.
"Serangan hama tikus dan wereng juga masih terus dihadapi yang diakibatkan oleh ketidakseimbangan ekosistem," katanya.
Nugroho mengaku, pihaknya bersama Dinas Pertanian Kabupaten Sukoharjo terus bersinergi melakukan pendampingan terhadap Klaster Padi Modern Farming yang sudah dimulai sejak tahun 2017.
"Kita akan terus mendukung upaya peningkatan frekuensi tanam di Klaster Padi Modern Farming agar dapat menjadi 3 kali setahun," ungkapnya.
Melalui Program Sosial Bank Indonesia (PSBI) berupa 2 sumur dalam yang berada di lokasi Desa Tangkisan dan Pojok yang dapat mengairi lahan pada saat Waduk Gajah Mungkur dilakukan maintenance rutin tahunan. Dengan demikian, diharapkan frekuensi tanam dapat meningkat.
"Sumur ini menjadi percontohan pola tanam yang lebih teratur dan mendukung peningkatan produksi padi tahunan," ujarnya.
Nugroho menambahkan, Bank Indonesia Solo juga memfasilitasi pelatihan perbaikan kesuburan tanah dengan optimalisasi fungsi mikroba tanah untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan kelestarian lingkungan. Pelatihan ditindaklanjuti dengan pengembangan demonstration of plot (demplot) ujicoba budidaya padi ramah lingkungan dengan memperhatikan kecukupan nutrisi melalui kualitas dan kuantitas mikroba tanah pada musim tanam II ini.
Demplot sendiri dilaksanakan di enam desa yang menjadi area keanggotaan Klaster Padi Modern Farming, yakni Kelompok Usaha Bersama Kepodang Topo meliputi Desa Kateguhan, Pojok, Dalangan, Tangkisan, Majasto, dan Desa Ponowaren.