Jakarta, Gatra.com - Dalam e-press conference bertajuk Bincang PERSpektif Trakindo: Masa Depan Pendidikan Teknologi di Indonesia Pasca-pandemi Covid-19 yang digelar Kamis, (10/6), Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus Kemendikbudrsitek, Yaswardi, membeberkan konsep “Merdeka Belajar”.
Konsep “Merdeka Belajar’ adalah sebuah konsep pengembangan pendidikan di mana seluruh pemangku kepentingan diharapkan menjadi agen perubahan (agent of change). Para pemangku kepentingan tersebut meliputi keluarga, guru, institusi pendidikan, dunia industri, dan masyarakat.
Terdapat tiga indikator keberhasilan program “Merdeka Belajar”, yaitu partisipasi siswa-siswi dalam pendidikan Indonesia yang merata, pembelajaran yang efektif, dan tiadanya ketertinggalan anak didik. Yaswardi mengungkapkan bahwa ketiga indikator tersebut bisa tercapai dengan perbaikan pada hal-hal berikut.
Yang pertama adalah perbaikan infrastruktur dan teknologi pendidikan. Infrastruktur kelas di masa depan harus lebih baik dari hari ini. Kemudian platform pendidikan nasional berbasis teknologi juga harus digalakkan.
Yang kedua adalah hadirnya kebijakan, prosedur, dan pendanaan yang efektif dan efisien. Di dalamnya termasuk kontribusi eksternal, baik dari pihak pemerintah maupun swasta. Pembelanjaan anggaran pendidikan pun harus efisien dan akuntabel.
Yang ketiga adalah adanya kepemimpinan, andil masyarakat, dan budaya yang mendukung. Dalam hal ini, kompetensi guru, kepala sekolah, dan pemerintah daerah harus menjadi perhatian. Selain itu, kolaborasi dan pembinaan baik lokal maupun global antara guru, satuan pendidikan, dan industri juga perlu dihadirkan.
“Ini domainnya ada pada pendidikan vokasi, tetapi bagaimana pun juga kolaborasi adalah salah satu alat terbesar dalam rangka menyukseskan pendidikan di Indonesia,” ujar Yaswardi.
Yang terakhir adalah adanya kurikulum, pedagogi, dan asesmen atau penilaian yang mapan, seperti adanya pengembangan kurikulum dan asesmen yang bersifat nasional dan menyeluruh.