Home Milenial Gambaran Perubahan Pendidikan Tinggi di Era Normal Baru

Gambaran Perubahan Pendidikan Tinggi di Era Normal Baru

Jakarta, Gatra.com - Rektor Institut Teknologi Sepuluh November (ITS), Mochamad Ashari, membeberkan bentuk-bentuk perubahan yang terjadi dalam kegiatan akademik di perguruan tinggi selama masa pandemi Covid-19 mewabah di seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia.

Ashari mencatat terdapat tiga perubahan mencolok yang terjadi di kampus-kampus selama berlangsungnya era kenormalan baru dalam kurun waktu setahun ke belakang ini, yaitu perubahan konsep tempat kerja (workplace), tugas kerja (work task) yang dinilai lebih enteng, dan perubahan perilaku manusia itu sendiri dalam kaitannya dengan perkembangan teknologi.

Dari segi tempat kerja, Ashari mengungkapkan bahwa sekarang pekerja tak perlu lagi pergi ke kantor. Ia mengatakan bahwa belakangan ini tempat kerja bersifat fleksibel. Ia menuturkan bahwa konsep tersebut bisa berfungsi dengan baik asalkan pekerja punya gawai dan koneksi internet yang memadai. Selain itu, ia juga mengungkapkan bahwa dengan tidak perlu pergi ke kantor, pekerja juga mengalami konsep waktu kerja yang fleksibel.

Menurut Ashari, perubahan tersebut juga mengubah ketentuan-ketentuan kerja tertentu, seperti pencatatan presensi pekerja di kantor. “Sekarang absen nggak perlu lagi sidik jari karena dengan GPS dan apps kita bisa melakukannya,” ujar Ashari dalam e-press conference bertajuk Bincang PERSpektif Trakindo: Masa Depan Pendidikan Teknologi di Indonesia Pasca-pandemi Covid-19 yang digelar Kamis, (10/6).

Perubahan kedua menurut Ashari yang dialami oleh insan perguruan tinggi selama pandemi adalah perubahan tugas kerja. Menurutnya, kalaupun wajib pergi ke kantor, pekerja akan mendapati meja kerjanya kosong karena sebagian pekerjaan dioper ke dalam wadah digital.

Lalu, perubahan ketiga menurut Ashari adalah perubahan perilaku manusia itu sendiri dalam kaitannya dengan perkembangan teknologi. Selama masa pandemi, ia menilai bahwa setiap orang diwajibkan untuk melek teknologi. “Yang mengatakan diri gaptek, akan tersingkir nanti,” ujar Ashari.

Ashari menilai bahwa kemelekan digital adalah kemampuan yang wajib dimiliki oleh setiap orang selama pandemi Covid-19. Ia memandang bahwa orang-orang seperti mahasiswa, dosen, karyawan, dan pekerja dalam bidang apa pun wajib memiliki kemampuan literasi digital.

Ashari juga menuturkan bahwa selama ini dikenal istilah-istilah seperti IQ (Intelligence Quotient) atau kecerdasan intelegensia, EQ (Emotional Quotient) kecerdasan emosional, dan SQ (Spiritual Quotient) atau kecerdasan spiritual. Di masa kenormalan baru, ia memandang bahwa setiap orang juga wajib memiliki DQ (Digital Quotient) atau kecerdasan digital.

“Ini sangat penting karena dunianya ke sana sekarang,” pungkas Ashari.

307