Semarang, Gatra.com - Vaksinasi yang digelar di kompleks kantor gubernur Jawa Tengah, Gedung Gradhika, Rabu (9/6) terus memunculkan kritik. Pasalnya, vaksinasi yang dilakukan memicu kerumunan dan pelanggaran protokol kesehatan.
Anggota Komisi A DPRD Jawa Tengah Deny Septiviant sangat menyesalkan kejadian tersebut. Meski vaksinasi memiliki tujuan bagus, butuh kematangan dan kecermatan sebelum menjalankan kegiatan. Hanya saja yang terjadi, ribuan masyarakat mengantre tak teratur. Tak pelak, situasi itu rawan memunculkan klaster baru Covid-19.
“Harus dilakukan evaluasi. Dihentikan dulu untuk sementara, untuk kemudian dilakukan perencanaan yang matang, dan saling sinergi dengan kabupaten/kota. Jangan terkesan, dan memang terlihat ingin beraksi sendirian seperti film Rambo,” ungkapnya, Kamis (10/6).
Sejauh ini, pemerintah selalu menindak masyarakat yang berkerumun, menyegel restoran. Dia tidak ingin, sampai Gradhika juga disegel. “Nanti yang menyegel rakyat. Kejadian ini memalukan dan membuktikan tidak rapinya perencanaan,” katanya.
Menurut Deny, seharusnya gubernur bisa berkoordinasi dengan pemerintah kabupaten/kota atas kegiatan vaksinasi tersebut. Kegiatan bisa digelar di masing-masing kabupaten/kota dengan stok vaksin yang dimiliki provinsi.
“Jangan terpusat di kota Semarang saja. Ada 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah ini. Apalagi katanya vaksinasi itu sedianya diprioritaskan bagi masyarakat lansia, dengan umur di atas 50 tahun. Prioritas ini yang harus menjadi perhatian gubernur,” bebernya.
Politisi PKB ini membeberkan, masyarakat lansia dengan usia tersebut banyak ditemukan di desa-desa. Deny juga yakin, gubernur Ganjar Pranowo tahu di mana banyak lansia berada. Semua tingkatan pemerintahan juga memiliki data sebaran lansia.
“Kalau ada koordinasi dengan kabupaten/kota, maka vaksinasi bisa dilakukan dengan jemput bola. Tim provinsi dan kabupaten/kota bisa mendatangi para lansia yang ada di rumah masing-masing. Setelah cek kesehatan dan lain-lain, tinggal suntik vaksin,” katanya.
Dengan datang ke desa-desa, kata Deny, juga bisa sebagai bagian kegiatan sosialisasi pentingnya vaksinasi. Sebab masyarakat akan tahu sendiri bagaimana di vaksin, sekaligus manfaatnya. “Karena masyarakat desa, apalagi para lansia juga bisa saja tak tahu bahwa ada vaksin bagi mereka. Karena kebanyakan hanya diunggah di media sosial,” katanya.
Vaksinasi di gedung Gradhika direncanakan berlangsung hingga Desember tahun ini. Deny menghitung, dengan rencana tersebut masih ada sekira 120 hari untuk vaksinasi seperti yang digagas pemerintah provinsi.
“Jika sehari ditarget 1.000, maka ada stok sekira 120 ribu dosis khusus dari provinsi. Ini kalau bisa dibagi 35 kabupaten/kota dan diprioritaskan bagi lansia, maka bisa menyasar 3.428 lansia di tiap kabupaten/kota,” jelasnya.
Dia menambahkan, jika banyak lansia sudah mendapatkan vaksinasi,maka upaya vaksinasi bagi semua masyarakat di provinsi ini bisa berjalan lancar. Sehingga harapan untuk segera terbesar Covid-19 semakin cepat.
“Jadi gubernur harus juga merenungkan hal ini. Jangan beraksi sendirian, karena ini demi kepentingan masyarakat luas. Apalagi sampai memunculkan klaster baru di gubernuran. Tentu kita tidak ingin itu terjadi,” tandasnya.