Palembang, Gatra.com - Bencana Global Pandemi Covid-19 yang terjadi setahun terakhir di Indonesia, memaksa para siswa untuk belajar di rumah dalam upaya mengantisipasi penyebaran virus corona secara langsung. Namun dengan kebijakan sekolah online, justru menimbulkan polemik baru dan kekhawatiran terhadap psikologis anak-anak.
Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Palembang Ahmad Zulinto mengatakan, bahkan kegiatan belajar dan mengajar atau KBM yang berlangsung di rumah memunculkan rasa takut dengan adanya masalah putus sekolah yang marak terjadi.
"Kalau ini terus berlanjut belajar daring maka dikhawatirkan angka putus sekolah akan tinggi. Mereka jadi malas belajar, apalagi hambatan bagi mereka yang kurang mampu untuk belajar online, butuh dana kuota lebih besar," ungkapnya, Rabu (9/6).
Zulinto menambahkan, tidak saja khawatir jumlah anak putus sekolah meningkat, dirinya juga mengantisipasi angka kelulusan siswa menurun. Sebab kebijakan belajar dalam jaringan atau daring, memicu sejumlah siswa ogah-ogahan dalam menuntut ilmu.
"Ini juga jadi PR (pekerjaan rumah) untuk kami dan Pemerintah khususnya Dinas Pendidikan," ujarnya.
Menurutnya, melihat perkembangan sekolah online, beberapa anak-anak justru cenderung memiliki pergaulan sosial yang kurang baik. Sebab ada saja anak-anak yang tak bisa dibatasi oleh orangtua sehingga terkesan liar tidak mematuhi aturan-aturan dari sekolah.
"Tidak bisa dipungkiri, sekolah online buat anak-anak nakal semakin menjadi-jadi. Hal ini jadi tugas bersama, kerjasama orangtua itu penting," katanya.
Zulinto melanjutkan, soal wacana KBM tatap muka Juli mendatang, Disdik juga meminta semua sekolah yang telah siap membuka belajar langsung, harus siap menyiapkan segala kebutuhan protokol kesehatan (prokes) yang berlaku untuk sekolah negeri ataupun swasta.
"Saya sebagai Ketua PGRI Sumsel juga meminta semua guru dan sekolah di semua kabupaten lainnya untuk memantau perkembangan sekolah tatap muka," tutupnya.
Sementara itu, Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Sumsel, dr Silvia Triratna menjelaskan, jika nanti memang rencana sekolah dibuka kembali pada Juli, pihaknya mengimbau agar Disdik, Dinkes, orangtua dan pengelola sekolah, harus gencar dan disiplin melakukan tracing untuk kasus terkonfirmasi COVID-19.
"Hal ini untuk menekan peningkatan angka kasus COVID-19 pada anak-anak yang bisa saja jumlahnya lebih tinggi. Karena sebetulnya, jika ada satu anggota dalam keluarga positif, semuanya wajib diperiksa. Intinya menjaga tingkat kepatuhan prokes di luar rumah," tandasnya.