Jakarta, Gatra.com – Perusahaan atribusi global terkemuka, AppsFlyer merilis laporan Atribusi View-Through (View-Through Attribution,VTA) perdana yang menyoroti bagaimana iklan dan video memberikan pengalaman yang impresif dan menarik sehingga pengguna punya kecenderungan 1,5 kali lebih tinggi dalam melakukan transaksi pembelian produk.
AppsFlyer menyebutkan, perubahan perilaku konsumen digital tercermin dari kecenderungan pengguna yang ingin membeli suatu produk jika mereka memiliki tingkat interaksi yang bermakna dengan brand. Eksposur video sangat memengaruhi dan berdampak pada perilaku pembelian dan penerapan VTA dapat membantu upaya mengalokasikan kredit di jalur yang sesuai dengan perilaku konsumen.
VTA sendiri merupakan matriks penting untuk mengukur user journey secara akurat dalam lanskap digital marketing, karena banyak pengguna akan membeli barang atau mengunduh aplikasi di tahap akhir. Laporan juga mengindikasikan bahwa seluruh negara di kawasan Asia Tenggara memiliki VTA window setidaknya 24-48 jam dengan rasio konversi mencapai 83,8%.
Laporan terkini dari AppsFlyer tersebut meneliti jumlah tayangan (impression), memeriksa konten video, dan performa kampanye VTA di 6 negara Asia Tenggara (Vietnam, Thailand, Malaysia, Singapura, Indonesia, dan Filipina) dan 9 industri (Shopping, Travel, Gaming, Keuangan, Hiburan, Pendidikan, Makanan & Minuman, Lifestyle, dan Health & Fitness) selama periode kuartal ke-4 tahun 2020 hingga Februari 2021.
Lewat kehadiran laporan tersebut, para marketer diharapkan bisa menerima wawasan yang lebih luas tentang bagaimana atribusi yang tepat dapat membantu mereka memahami consumer journey, sekaligus mendorong upaya optimasi kampanye digital.
Presiden dan Managing Director untuk kawasan APAC AppsFlyer, Ronen Mense mengatakan, laporan View Through Attribution AppsFlyer merupakan bagian dari upaya berkesinambungan untuk memperluas memperluas jangkauan pihaknya. “Lanskap konten video yang berkembang di Asia Tenggara memberikan berbagai cara unik bagi para pengiklan untuk memanfaatkan peluang baru saat mereka ingin berinteraksi dengan konsumen dalam sebuah ekosistem yang berevolusi dengan pesat,” ujar Mense dalam keterangan yang diterima Gatra.com, Rabu (9/6).
Mense menyarankan agar para marketer dapat menggunakan laporan tersebut sebagai rujukan data dan wawasan terkait cara terbaik untuk memaksimalkan kinerja kampanye perusahaan, serta memahami keterkaitan antara penentuan metrik, perilaku, dan tren pengguna aplikasi seluler di Asia Tenggara.
Dalam penelitian yang dilakukan TikTok For Business bersama dengan Nielsen dan Toluna, ditemukan bahwa pengguna di platform video akan terus menjelajahi konten sebelum berpindah ke situs web atau aplikasi eksternal. Hal itu diperkuat dengan data bahwa sebanyak 60% pengguna YouTube mengamini hal tersebut bersama pengguna TikTok (58%), pengguna Instagram (45%), dan pengguna Facebook (40%). Hal itu berarti para marketer disarankan melihat lebih jauh dari sekadar perilaku klik langsung yang dilakukan pengguna, agar dapat mengukur engagement secara akurat.
Iklan berformat video tberkembang begitu pesat di kawasan Asia Tenggara. Di tengah proses pergeseran menuju ekosistem digital di Asia Tenggara, iklan video telah menjadi mekanisme yang berkembang, menyumbang 40% dari semua biaya iklan terprogram di wilayah tersebut. Iklan video pendek berdurasi sekitar 10 detik mendorong instalasi atau aktivitas pasca-instalasi di platform seperti TikTok. Hal ini menjadikan metode iklan tersebut sebagai pilihan populer bagi para pengiklan untuk kampanyenya.
Perkembangan penggunaan video telah mengarahkan para marketer untuk menggunakan model VTA guna mengatribusi upaya pemasaran sebaik mungkin, dibandingkan saat menggunakan inventaris non-video. Laporan VTA tersebut juga menekankan bahwa para marketer masih perlu menerapkan call-to-action untuk mendorong konversi — karena metrik Tayangan-dibanding-Instalasi (Impression-to-Install) masih terhitung rendah.
Laporan tersebut juga menyoroti tingkat VTA yang lebih tinggi pada kategori dengan yang membutuhkan proses pertimbangan yang lebih lama seperti keuangan. Di antara semua industri yang telah diteliti, kategori keuangan secara khusus menunjukkan bahwa meskipun jumlah tayangan video lebih rendah, ada lebih banyak konversi yang terakreditasi ke atribusi view-through.
Tingkat VTA yang tinggi juga terlihat di industri lain seperti E-commerce dan Media & Hiburan, dengan tingkat VTA terendah di gaming — yaitu rata-rata kurang dari satu hari di semua negara. Oleh karena itu, para marketer harus mempertimbangkan kemungkinan untuk menyesuaikan ulang model atribusinya sesuai industri masing-masing, dan menerapkan VTA sebagai metrik yang penting untuk konversi, karena terdapat banyak pengguna yang mungkin tidak langsung mengambil tindakan pada penayangan iklan pertama mereka.
Laporan AppsFlyer menganalisis lebih dari 14.600 aplikasi, 10,39 miliar instalasi, dan 6,3 miliar konversi pemasaran ulang, dan memperhitungkan atribusi click-through (CTA) dan atribusi view-through (VTA). CTA mencatat instalasi yang dilakukan setelah pengguna mengklik iklan, sementara VTA mencatat tayangan iklan yang berujung pada instalasi meskipun pengguna tidak langsung mengklik iklan. Aplikasi terkadang dapat di-install satu atau dua hari setelah pengguna melihat iklan, dan dapat membantu marketer memahami perjalanan pelanggan di lanskap digital pada umumnya.