Cilacap, Gatra.com– Harga gabah di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah terjun bebas sejak panen raya masa tanam pertama (MT 1) Maret lalu. Hingga saat ini, harga gabah belum beranjak naik dan menyebabkan gabah di tingkat petani menumpuk.
Presidium Serikat Tani Mandiri (Stam) Cilacap, Petrus Sugeng mengatakan, petani kesulitan menjual gabah. Selain itu, harga gabah kering giling (GKG) juga sangat rendah, yakni Rp3.500 – Rp3.800 per kilogram. Itu pun masih diutang. “Masyarakat itu sekarang kesulitan untuk menjual gabah. Padahal harganya sudah sangat rendah,” katanya.
Akibatnya, petani terpaksa menyimpan gabahnya di gudang tanpa bisa menjual. Padahal, dalam kondisi normal, harga gabah kering giling mencapai Rp4.500–Rp4.800 di tingkat petani. Namun, kini harga gabah turun dan sulit dijual. “Alasannya pedagang kesulitan menjual berasnya,” tutur Sugeg.
Sementara, Direktur Koperasi Desmantara, Akhmad Fadli mengakui saat ini pasar beras sedang lesu. Klien yang bisanya memesan beras kini menghentikan pesanan. Pembatasan aktivitas di masa pandemi Covid-19 juga memengaruhi serapan kebutuhan beras. Dia mencontohkan, pariwisata dan kuliner yang lesu. Penurunan daya beli masyarakat juga menyebabkan konsumsi rendah. “Pariwisata lesu. Pedagang omzetnya juga turun,” ucap dia.
Problem lainnya, kebutuhan beras untuk pasar saat ini lebih pada beras medium up dan premium. Sementara, kualitas gabah di Cilacap pada Masa Tanam (MT) 1 cenderung untuk medium low. Akibatnya, beras pun sulit terserap pasar. “Sementara waktu lebih banyak untuk premium. Sementara yang medium sedang kita hentikan terlebih dahulu,” ujarnya.