Home Ekonomi Menparekraf: Pertumbuhan Ekonomi Bali Masih Minus 9,8 Persen

Menparekraf: Pertumbuhan Ekonomi Bali Masih Minus 9,8 Persen

Jakarta, Gatra.com - Pertumbuhan ekonomi kuartal pertama di Provinsi Bali masih menunjukkan terkontraksi secara dalam atau minus 9,85 persen, karena sangat terkait terhadap turunnya jumlah wisatawan mancanegara. Meski begitu, namun secara nasional telah memperlihatkan tren yang membaik.

Hal ini diungkapkan oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf)/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Baparekraf), Sandiaga Salahuddin Uno, dalam weekly press briefing di Gedung Sapta Pesona Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf)/Baparekraf pada Senin sore, (7/6).

Ia mengatakan, kebijakan Work From Bali (WFB) akan mereka persiapkan dan sudah ada di bulan Juni. Rencananya di kuartal ketiga, mereka akan meluncurkan secara bertahap dengan kementerian lembaga terkait yang memulai. Sandiaga berharap adanya dukungan dari seluruh masyarakat dunia usaha maupun institusi pendidikan, komunitas, professional, lintas profesi dan juga tentunya dukungan dari media.

"Jadi, program Work From Bali [WFB] ini akan terus kita siapkan. Harapannya, kunjungan wisatawan ke Bali yang sekarang sudah berhasil naik dari Januari di level 2.000-2.500 menjadi 7.000-7.500, terus meningkat," ujarnya.

Lanjut Sandiaga, mereka juga pastikan bahwa pemulihan di Bali ini menyentuh semua kabupaten/kota dengan penyiapan rencana paket-paket wisata yang berkeadilan dan mereka berharap Bali akan segera bangkit dan pulih.

Adapun, pihaknya mengharapkan kemajuan daripada proses vaksinasi tetap terus dilanjutkan, sesuai dengan target yang diberikan pemerintah. Selain itu, terkait protokol Cleanliness, Health, Safety dan Environment Sustainability (CHSE), protokol kesehatan yang mengedepankan di destinasi wisata dan sentra ekonomi kreatif dengan melibatkan masyarakat seperti Pecalang, itu dapat diprioritaskan. Serta harapannya, nanti langkah-langkah persiapan kegiatan mereka akan didorong secara kompherensif dan keseluruhan.

Ia menuturkan, kemungkinan konsep WFB yang telah mereka lakukan mulai dari kuartal pertama tahun ini juga bisa diterapkan di destinasi-destinasi lainnya. "Jadi menjadi WFD, Work From Destination. Bisa Work From Lombok, Work From Bajo, Work From Toba, Work From Likupang, Work From Borobudur dan lain sebagainya," beber Sandiaga.

Seraya ia menambahkan, bahwasanya konsep tersebut tentunya mengikuti pola kebiasaan bekerja baru atau remote working. Di mana dipopulerkan dengan konsep digital nomad. Sementara itu, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) juga tengah mengembangkan dan mungkin dapat menjadi percontohan. Karena per kuartal pertama provinsi tersebut pertumbuhan ekonominya sudah plus 6 persen. Hal ini bisa menggerakkan, menggeliatkan ekonomi serta membuka lapangan kerja seluas-luasnya.

"Dan kuncinya memang selain daripada alam yang cantik, pengelolaan yang baik, tapi juga layanan jaringan internet yang mumpuni. Kami berharap akan lahir program-program Work From Anywhere di destinasi wisata dan sentra ekonomi kreatif bisa kita dukung," ungkap Sandiaga.

121