Jakarta, Gatra.com - Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Kemendikbudristek, Jumeri, memastikan bahwa dengan berjalannya Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas maka siswa tidak diharuskan mengikuti pembelajaran secara penuh, layaknya kondisi sebelum pandemi.
Artinya, sambung Jumeri, pembelajaran akan disesuaikan dengan kecepatan serta kebutuhan di masing-masing sekolah. Selain itu, jumlah hari untuk sekolah tatap muka pun tidak akan diharuskan untuk dilakukan setiap hari.
"Yang terpenting sekolah dapat memberikan materi pembelajaran hanya yang paling esensial. Jadi, tidak perlu semua pelajaran dijejalkan pada peserta didik," ujar Jumeri dalam giat bincang Kemendikbudristek bersama media, Selasa (8/6).
Jika menilik kondisi pandemi dan adaptasi anak untuk kembali melakukan pemebelajaran disekolah, akan sangat berat bagi siswa jika langsung diberikan pembelajaran secara penuh layaknya kondisi normal.
"Akibatnya anak itu bisa blenger (jenuh). Terlalu banyak materi. Maka, materi pembelajaran yang diberikan kepada siswa dalam pembelajaran tatap muka bisa disederhanakan. Sehingga, anak-anak bisa mendapatkan pembelajaran dengan baik," jelas Jumeri.
Seperti diketahui, Pemerintah akhirnya memutuskan untuk menggelar pembelajaran tatap muka terbatas untuk para satuan pendidikan di Indonesia. Mendikbud Nadiem Makarim sebelumnya sudah menegaskan bahwa sekolah wajib menerapkan PTM terbatas, setelah para pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah tersebut seluruhnya divaksin.
"Setelah pendidik dan tenaga kependidikan di dalam satu sekolah sudah divaksinasi secara lengkap. Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, atau kantor Kemenag mewajibkan ya ya, mewajibkan satuan pendidikan tersebut menyediakan layanan pembelajaran tatap muka terbatas dengan menerapkan protokol kesehatan," pungkas Nadiem