Home Kesehatan Buntut Pemakaman Jenazah Covid, Bantul Swab PCR, Dari 25 Hanya 6 yang Hadir

Buntut Pemakaman Jenazah Covid, Bantul Swab PCR, Dari 25 Hanya 6 yang Hadir

Bantul, GATRA.com - Dari 25 warga yang terlacak berkontak erat dalam kasus penolakan pemakaman pasien positif Covid-19 tanpa protokol kesehatan di Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.  Hanya enam warga yang bersedia mengikuti tes swab PCR yang digelar Dinas Kesehatan pada Sabtu (5/6).

Pemkab Bantul harus menerapkan sistem jemput bola dalam pelaksanaan tes swab PCR karena masih ada penolakan warga Dusun Lopati, Desa Trimurti, Kecamatan Srandakan dengan alasan sudah melakukan tes pemeriksaan sendiri. "Berdasarkan data pelacakan, terdapat ada 25 orang yang kontak erat dengan pemakaman jenazah pasien positif Covid-19 tanpa prokes pada 1 Juni lalu. Data masih bisa berubah-ubah," kata Kabid Perlindungan Masyarakat Satpol PP Bantul Muhammad Agung Kurniawan.

Camat Srandakan Anton Yulianto melanjutkan, sedikitnya warga yang berkenan mengikuti tes yang digelar ini karena kurangnya kesadaran masyarakat. Pihaknya akan terus berupaya persuasif masih agar warga mau mengikuti tes swab. "Jika hari ini tidak bisa hadir, kami perkenankan warga untuk menjalani tes swab di PCR langsung di Puskesmas Srandakan. Upaya kami menjemput bola agar persepsi masyarakat berubah, ternyata belum," jelasnya.

Anton mengatakan hasil tes yang berlangsung hari ini bakal keluar pada Senin lusa. Terkait kasus ini, Ketua RT RT 92 Lopati, Kuswanto memberikan klarifikasi. Menurutnya warganya tidak menolak penerapan prokes saat pemakaman Jumirah (70) yang dinyatakan positif Covid-19.

Kasus ini terjadi karena adanya miss komunikasi antara pemangku RT dengan Satgas Penanganan Covid-19 baik desa maupun kecamatan."Sebelum dimakamkan, warga sudah berupaya menghubungi satgas, tapi tidak datang dan memberikan respon. Termasuk rumah sakit ada rambu-rambu kalo sudah di peti itu lebih aman gitu lho," kata Kuswanto.

Lantaran Satgas tidak kunjung datang, warga kemudian memakamkan jenazah tersebut. Dalam pemakaman tersebut, Kuswanto menjelaskan bahwa jenazah tidak dikeluarkan dari peti tapi langsung dimakamkan. "Kami menyalatkan jenazah di dalam ambulans. Penolakan itu tidak benar, tapi ada miss komunikasi," ucapnya.

Meski tidak mendetailkan jumlah orang yang ikut memakamkan, dia menyebut warga yang ikut memakamkan sedikit karena persiapan pemakaman sejak pukul 04.00 WIB. Menurut Kuswanto kasus ini tidak bakal terjadi jika petugas ada kehadiran personel satgas yang memberi arahan. Namun karena waktunya yang dini hari, Kuswanto menyadari pemakaman harus segera dilakukan karena keluarga panik.

Terkait soal sosok A yang dilaporkan para relawan pemakaman Covid-19 Bantul karena diduga memprovokasi, Kuswanto menyebut bahwa orang tersebut adalah warga RT 93. Pasalnya di 8 Mei di RT tersebut ada kasus suspek Corona meninggal dunia dan dimakamkan tanpa prokes karena ada warga berpendapat lain. Jadi karena kecewa, Satgas menurut Kuswanto menyamaratakan semua orang yang berada dekat wilayah RT 93. 

347