Jakarta, Gatra.com- Untuk menjadikan atlet berprestasi di kancah nasional maupun internasional membutuhkan beragam persiapan. Tidak hanya aspek keterampilan dan kebugaran saja, tetapi juga perlu memperhatikan kondisi mental.
Deputi 3 Bidang Pembudayaan Olahraga Kementerian Pemuda dan Olahraga, Raden Isnanta mengatakan, faktor psikologis menjadi penting terhadap perkembangan prestasi atlet. Menurutnya, atlet yang memiliki mental tangguh berpotensi menghadapi hambatan dalam pertandingan. Alhasil, mereka lebih berpeluang meraih juara.
Raden memaparkan, saat ini kondisinya masih banyak atlet berprestasi tetapi gugur di tengah proses penyeleksian karena faktor psikologi. Contohnya, atlet tersebut tidak dapat mengontrol emosi, sehingga mudah bertengkar dengan sesama atlet.
“Kemenpora akan mengawasi proses tadi. Tidak hanya fokus dari sisi manajemen dan kepelatihan, fisik, taktik, strategi, tetapi juga aspek mental. Dalam melakukan pembinaan, kami melakukan tes seleksi dalam aspek psikologi,” tuturnya dalam acara Temu Ilmiah Nasional Ikatan Psikologi Olahraga (Temilnas IPO), Sabtu (05/06/2021).
Olahraga prestasi bertujuan mendapatkan medali emas, sedangkan olahraga rekreasi dilakukan untuk kesehatan. Pada webinar bertemakan “Membangun Kesejahteraan Psikologis dan Menciptakan Kondisi Mental Kondusif Pelaku Olahraga untuk Prestasi Indonesia”, Raden berpesan, dari kedua manfaat olahraga, ujungnya yaitu kesejahteraan.
“Kalau kami melihatnya, ketika kita sehat dan bugar maka pasti kita bisa produktif di segala bidang. Kalau produktif, mudah menuju pintu sejahtera. Produktivitas harus didukung kondisi mental dan sosial yang sehat,” katanya.
Agar memiliki kondisi mental sehat untuk menciptakan kesejahteraan, maka diperlukan kebahagiaan. Guru Besar sekaligus Psikolog Universitas Indonesia Moch Enoch Markum menuturkan, kebahagiaan juga harus dibarengi penguatan makna hidup.
“Atlet yang bahagia, hidupnya tidak sempurna kalau belum menemukan makna hidup. Makna hidup itu merupakan pengorganisasian atau penerimaan emosi positif dan negatif, sedangkan kebahagiaan hanya mengejar dan emosi positif,” ujarnya.
Ia menyimpulkan, kontribusi psikolog olahraga dalam menyejahterakan atlet terdiri dari membuat atlet bahagia, membantu atlet menemukan makna hidup,berolahraga dengan penuh gairah, dan menanamkan bahwa olahraga adalah panggilan hidup. Dengan itu, maka atlet diharapkan dapat sehat secara rohani, jasmani, sosial, dan mental.