Jakarta, Gatra.com – Master Financial Panner, Safir Senduk, menyampaikan tips agar tidak "panas dingin" atau demam alias waswas ketika bertransaksi aset digital seperti kripto.
Pertama, ujar Safir dalam webinar mengenai keseimbangan keuangan dalam bertransaksi aset digital dan peluncuran Aset Kripto platform Treasury pada Kamis (3/6), dana yang digunakan harus "uang nganggur".
"Misal, jangan uang untuk bayar kuliah digunakan sebelum dibayarkan," ujarnya. Jika tidak menggunakan dana dingin atau uang nganggur, maka saat transaksi akan waswas, terlebih jika kondisi pasar lagi tidak baik.
Ia melanjutkan, karena misalnya ketika sudah hari H pembayaran kuliah, dan harga lagi tidak bagus, tetapi dana harus ditarik, tentunya ini mungkin dananya menjadi berkurang dari jumlah awal yang diinvestasikan. "Kalau pakai dana dingin dijamin kita enggak ada panas dingin, turun tenang saja, naik syukur," ucapnya.
Selain itu, harus dari awal dicamkan siap menerima jumlah kerugian dalam angka tertentu. Misalkan, jika mempunyai dana nganggur Rp500 ribu, siap rugi Rp300 ribu, sehingga jika rugi sebesar itu tidak menyesal karena sudah punya komitmen. "Juga jangan FoMo, fear of missing out," ucapnya.
Sementara itu, Co-Founder & CEO Treasury, Dian Supolo, menyampaikan bahwa minat masyarakat Indonesia terhadap aset digital mengalami peningkatan yang signifikan dalam beberapa waktu terakhir.
Menurutnya, antusiasme ini terlihat dari jumlah investor dan volume transaksi yang melonjak secara eksponensial. Tingginya minat masyarakat terhadap aset digital, perlu diiringi dengan edukasi yang menyeluruh terhadap potensi dan risiko yang mungkin ditimbulkan.
Karenanya, lanjut Dian, Treasury mendorong penerapan konsep Keseimbangan Keuangan dalam bertransaksi aset digital dan meluncurkan Aset Kripto di platform Treasury, yang bisa menjadi alternatif simpanan bersama Emas Fisik Digital dalam satu aplikasi.
Treasury menggandeng salah satu platform kripto terbesar di Indonesia, Tokocrypto yang sudah memiliki izin Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI).
"Kami percaya bahwa edukasi mengenai aset kripto sangat penting, terutama di tengah antusiasme masyarakat yang terus meningkat terhadap aset ini," ujarnya.
Melalui konsep Keseimbangan Keuangan, kata Dian, pihaknya ingin mengajak masyarakat untuk menggunakan dana menganggur, misalnya uang jajan atau rekreasi, bukan dana kebutuhan sehari-hari atau dana untuk tujuan keuangan dasar, seperti Dana Darurat atau mungkin Dana Pendidikan.
Kemudian mempersiapkan diri terhadap berbagai hal yang mungkin terjadi, karena pada dasarnya, setiap aset memiliki potensi keuntungan dan kemungkinan kehilangan, seperti aset kripto.
"Kami berkomitmen melakukan edukasi mengenai Keseimbangan Keuangan secara berkelanjutan, bersama Master Financial Planner, Safir Senduk," ujar Dian.
Konsep Keseimbangan Keuangan dalam melakukan diversifikasi aset merupakan prinsip dasar dalam mengelola keuangan, yang perlu dipersonalisasi sesuai dengan tujuan keuangan dan profil risiko setiap pengguna.
"Sama seperti yang kami tawarkan pada emas fisik digital, layanan aset kripto pada platform Treasury juga menawarkan ragam pilihan koin dengan volume transaksi yang tinggi, berizin, dan bisa dibeli mulai dari Rp5.000-an yaitu; Bitcoin (BTC), Ethereum (ETH), Binance Coin (BNB) dan Tether (USDT), sedangkan Toko Token (TKO) bisa dibeli dengan kelipatan satu token," ujarnya.
Dengan akses harga yang sangat terjangkau, kini siapa pun bisa #PunyaSimpenan Aset Kripto dengan menggunakan dana nganggur dan tidak menggunakan dana kebutuhan sehari-hari atau dana untuk kebutuhan masa depan, bersama dengan simpanan emas fisik digital yang dianggap sebagai safe haven.
"Layanan ini hadir dengan tampilan antar muka yang mudah dioperasikan, bahkan untuk pemula sekalipun. Pengguna bisa melihat nilai aset secara total antaupun rincian dari setiap aset yang dimiliki, dilengkapi dengan estimasi profit/loss yang ditampilkan melalui presentase yang mudah dipahami," katanya.