Medan, Gatra.com - Lelaki 51 tahun itu akhirnya menarik napas lega setelah sederet produk Pod Chocolate yang dianggap bikin onar itu, ditarik si penjual dari tempat pajangannya sejak tiga hari lalu, persis saat ayah tiga anak ini pertama kali menemukan coklat itu di salah satu rak yang ada di Brastagi Supermarket di kawasan jalan gatot Soebroto Medan Sumatera Utara (Sumut) itu. .
Dibilang bikin onar lantaran pada label yang melekat di botol selai coklat bikinan PT Bali Coklat yang berpabrik di kawasan Mengwi Bali itu, tertera tulisan 'No Palm Oil' (tanpa minyak sawit).
"Saya senang mereka kooperatif. Di situ kita jelasin kalau maksud 'No Palm Oil' itu bermakna negatif, mereka langsung menarik semua produk Pod Chocolate itu, dan kami maklum jugalah kalau mereka enggak tahu ada tulisan kayak begitu pada kemasan," cerita Gus Dalhari kepada Gatra.com, Kamis (3/6).
Tadi siang, manajemen Brastagi Supermarket (BS) mengundang Ketua Harian Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (DPP-Apkasindo) ini untuk duduk bersama, sekaligus memberitahu kalau semua produk Pod Chocolate di empat toko BS, baik yang ada di Plaza Manhattan, Cambridge, Tiara Hotel dan Gatot Soebroto, sudah ditarik.
Pada pertemuan yang dikomandani oleh oleh Head HRD BS, Harlen Lubis itu, manajemen BS pun minta maaf atas ketidaknyamanan stakeholder yang merasa tidak nyaman oleh tulisan 'No Palm Oil' itu.
"Kami benar-benar enggak tahu ada tulisan kayak begitu. Enggak mungkinlah kita menjelekkan sawit kita sendiri, wong mertua saya saja pensiunan perusahaan perkebunan nusantara," kata Harlen kepada Gatra.com melalui sambungan telepon, Kamis (3/6). Tapi Harlen belum bisa merinci berapa banyak Pod Chocolate yang ditarik dari empat toko itu.
Harlen mengaku baru kali ini muncul protes terhadap barang dagangan BS. "Dengan adanya peristiwa semacam ini, tentu kami akan lebih aware lagi ke depannya, terkait produk yang kami jual," ujar Harlen.
Kalau saja Eropa maupun Amerika tidak berlebihan menjelek-jelekkan minyak sawit Indonesia, bisa jadi Gus Dalhari tidak sengotot itu meminta produk berlabel 'No Palm Oil' itu diturunkan dari pajangannya.
Tapi lantaran semakin hari Benua Merah dan Benua Biru itu memojokkan sawit dan bahkan telah rame pula menaruh tulisan 'No Palm Oil' pada kemasan yang di jual di sana, khususnya di Benua Biru, tak hanya Gus yang gerah, tapi Indonesia.
Bahkan Duta Besar Republik Indonesia untuk Kerajaan Belgia, Kadipaten Agung Luksemburg, dan Uni Eropa, Andri Hadi, sampai mengirim surat kepada 34 Chief Executive Officer (CEO) perusahaan di Eropa, mempertanyakan maksud pencantuman 'No Palm Oil' itu.
"Apa maksud Anda membikin label No Palm Oil! Kalau memang enggak pakai Palm Oil, kenapa harus disebutkan, kenapa enggak dibikin saja itu pakai minyak apa, Rapeseed misalnya," begitulah poin isi surat Andri, ayah tiga anak ini bercerita pada Webinar Palm O'Corner diselenggarakan oleh PASPI X HIMATEK ITB, pekan lalu.
Belakangan, gelombang mem-phase out-kan minyak sawit pun sudah muncul dari sejumlah negara di sana seperti Belgia, Jerman, Denmark, Italia dan Prancis.
"Bangsa ini sudah berjibaku menghadang black kampanye itu, eh, di dalam negeri malah ada yang ikut-ikutan kampanya anti sawit," rutuknya.
Gus mengaku belum mengambil ancang-ancang untuk memprotes PT Bali Coklat yang menjadi sumber label 'No Palm Oil' itu. "Tentu ini menjadi domainnya DPP Apkasindo. Kami akan bicarakan segera," ujar lelaki yang juga Ketua DPW Apkasindo Sumut ini.
Abdul Aziz