Pekalongan, Gatra.com - Klaster penularan Covid-19 muncul di SMAN 4 Kota Pekalongan, Jawa Tengah. Sebanyak 38 guru dan karyawan di sekolah itu positif Covid-19 setelah ada salah satu guru yang mengalami gejala terinfeksi virus corona nekat masuk kerja.
Menyusul terjadinya penularan yang masif tersebut, sekolah yang berlokasi di Kecamatan Pekalongan Selatan tersebut di-lockdown untuk mencegah meluasnya penularan.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Pekalongan Slamet Budiyanto mengungkapkan, penularan Covid-19 di SMAN 4 pertama kali terjadi ketika ada salah satu guru yang memaksakan diri masuk sekolah kendati mengalami gejala Covid-19.
"Itu tidak langsung banyak. Awalnya info dari kepala sekolah, awalnya ada guru yang sakit bergejala, dia merasa anosmia (kehilangan penciuman), tapi tetap masuk karena khawatir kalau tidak masuk TPP-nya (tambahan penghasilan pegawai) dipotong dan takut kalau misalnya positif," kata Budi, Rabu (2/6).
Budi melanjutkan, guru tersebut akhirnya kemudian memutuskan untuk memeriksakan diri ke RSUD Bendan. Saat dites swab, hasilnya positif Covid-19.
Menindaklanjuti hasil swab tersebut, Dinas Kesehatan Kota Pekalongan langsung melakukan tracing dan tes swab terhadap kontak erat di sekolah pada 25 Mei. Dari tiga orang kontak erat yang dites, seluruhnya positif Covid-19.
"Dari tiga kasus itu dikembangkan lagi, kontak erat dari tiga orang itu berjumlah tujuh orang diswab lagi pada tanggal 28 Mei. Hasilnya satu positif," ungkap Budi.
Berdasarkan hasil tersebut, pihak sekolah akhirnya sepakat untuk melakukan tes swab massal terhadap seluruh guru dan karyawan pada 31 Mei di RSUD Bendan. Dari 56 guru dan karyawan yang dites, 33 orang di antaranya hasilnya positif Covid-19 sehingga total yang positif mencapai 38 orang. Seluruhnya tidak memiliki gejala sehingga hanya diminta isolasi mandiri.
"Kami masih terus berkoordinasi terkait penanganannya. Bagi yang memang tidak bisa isolasi mandiri di rumah, nanti bisa diisolasi di gedung Pusat Pendidikan dan Pelatihan yang sudah disiapkan pemerintah. Kapasitasnya bisa menampung 21 orang," ujar Budi.
Menurut Budi, saat kasus muncul, tidak ada pembelajaran tatap muka (PTM) di sekolah sehingga dia memastikan bukan terjadinya klaster penularan bukan karena PTM.
Budi juga menyebut para guru sudah disuntik vaksin dosis pertama. Mereka rencananya akan disuntik vaksin dosis kedua pada 5 Juni. "Kasus ini dimungkinkan masih ada pengembangan karena masih ada guru yang belum diswab," imbuh Budi.
Kepala SMAN 4 Pekalongan Yulianto Nurul Furqon mengatakan, seluruh area sekolah sudah disemprot disinfektan setelah muncul klaster penularan. Selain itu, seluruh aktivitas sekolah juga dihentikan hingga 7 Juni.
"Sekolah kami lockdown sampai tanggal 7 Juni. Nanti setelah tanggal 7 Juni boleh masuk ke sekolah bagi guru yang mengantongi hasil negatif swab. Kalau belum negatif ya tetap harus isolasi di rumah," ujar Yulianto, Rabu (2/6).
Yulianto mengatakan, sebelum muncul klaster, hanya guru dan karyawan yang masuk sekolah. Jumlahnya pun dibatasi 50 persen saja dari total jumlah guru dan karyawan sebanyak 79 orang, Selain itu, tidak ada kegiatan bersama yang menimbulkan kerumunan.
"Sebelumnya tidak ada PTM karena libur Lebaran. Setelah Lebaran, guru yang masuk separuh-separuh. Ada yang kerja dari sekolah, ada yang dari rumah. Dalam seminggu, dua tiga kali masuknya. Interaksinya ya di situ, tidak ada rapat atau apa," jelasnya.
Yulianto menduga penyebab guru sampai tertular Covid-19 karena aktivitas di luar sekolah saat libur Lebaran. Sebab pada masa itu, dimungkinan para guru bepergian atau menerima tamu dari luar kota.
"Meski dilarang mudik tapi kan tetap, mereka bisa didatangi tamu, atau anaknya atau saudaranya dari luar kota datang, berkunjung. Ini yang sulit dikontrol," ujarnya.