Cilacap, Gatra.com– Banjir rob menyebabkan produksi padi di ribuan hektare sawah di kawasan pasang surut air laut di wilayah Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah turun 40 persen. Banjir rob terjadi sejak fase pembenihan hingga menjelang panen, awal Juni 2021 ini.
Petani yang juga Ketua Presidium Serikat Tani Mandiri (STAM) Cilacap, Petrus Sugeng mengatakan tahun ini petani banyak terkendala cuaca yang tak menentu. Di antaranya, banjir rob yang bersamaan dengan curah hujan tinggi saat stadium benih. “Kelihatannya kurang maksimal, hasil panenan di daerah pasang surut air laut. Karena apa, terkendala bibit. Bibitnya kebanyakan terlalu tua. Karena tidak bisa tanam, ada banjir rob dan curah hujan tinggi,” katanya, Rabu (2/6).
Sugeng mengungkapkan kendala juga terjadi usai tanam. Sawah mengalami kekeringan sejak akhir Maret. Pasang rob air laut juga menyebabkan banyak sawah terendam air asin, sehingga tanaman tak sehat. “Setelah tanam sempat mengalami kekeringan, ya tetap terpengaruh oleh air pasang, kayak gitu,” ujarnya.
Dia mengaku belum menghitung secara pasti produksi gabah per hektare. Sebab, saat ini panen masih berlangsung. Akan tetapi, melihat performa gabah yang sudah dipanen, diperkirakan produksi panenan kali ini maksimal 60 persen dari kondisi normal. “Ya hanya sekitar 60 persen,” ucap dia.
Sugeng mengungkapkan, di Cilacap puluhan ribu hektare sawah berada di wilayah pasang surut air laut. Seringkali petani harus tanam padi berkali-kali karena banjir rob yang menyebabkan tanaman usia muda mati. Sedangkan banjir rob yang terjadi saat padi fase generatif akan menyebabkan produktivitas turun. “Tapi masih mending dibanding tahun lalu. Tahun lalu malah hampir tidak panen,” ucap dia.