Jakarta, Gatra.com - Program Koordinator Muhammadiyah Aid, Wachid Ridwan mengungkapkan bahwa terdapat narasi yang diciptakan guna melemahkan fokus untuk menolong rakyat Palestina.
Menurutnya, fenomena yang kerap terjadi adalah adanya pembenturan antara dukungan tulus rakyat Indonesia terhadap Palestina dengan isu faksi politik di tubuh Palestina. Bahkan, solidaritas tersebut juga ikut dibenturkan dengan stigma negatif terkait organisasi militer Hamas yang dicap sebagai teroris oleh Barat.
“Jadi jangan dikatakan itu kan Hamas yang terlalu keras, sementara Fatah itu lembut dan sebagainya. Sudah dibagi yang seperti itu, Bapak Ibu sering membaca juga kan ketika Pak Soekarno berjuang memerdekaan Indonesia, apakah (perjuangan) beliau seperti Jenderal Soedirman? Tentu tidak,” jelasnya dilansir dari laman resmi Muhammadiyah (31/05).
“Tapi dua-duanya tidak perlu saling menyalahkan. Pak Soekarno berjuang di jalur apa, Jenderal Soedirman berjuang di jalur apa. Jadi ini terjadi di Palestina, juga terjadi di mana-mana. Jadi jangan dibuat seperti kelemahan apalagi dibuat sebagai perpecahan dan lain-lain. Itulah strategi,” sambung Wachid.
Lebih jauh, Wachid berpesan bahwa diperlukan hati yang tulus bersih untuk menolong rakyat Palestina yang tengah menghadapi penindasan dari penjajah.
“Ini juga perintah bagi kita untuk saling tolong menolong dan dalam bidang kemanusiaan tidak peduli agamanya apa, karena apa, akibat apa. Ketika menolong harus niatan ikhlas kita menolong. Dengan keikhlasan itu untuk membantu mereka dan insyaallah mereka akan mendapatkan yang terbaik dari apa yang kita perbuat,” jelasnya.
Sebagai penutup, Wachid menyampaikan bahwa dukungan terhadap Palestina perlu dilakukan melalui upaya yang rasional dan konstruktif melalui meja perundingan.
“Muhammadiyah harus mengambil sikap politik, Palestina harus merdeka sesegara mungkin. Bagaimana caranya ya tentu kita harus approach dan kalau urusannya dengan Israel dan dunia Barat itu (urusan) Kementerian Luar Negeri. Karena kita bukan negara, jadi negara yang harus bicara tentang itu. Tapi kita sebagai gerakan Islam, gerakan non state itu kita bisa melakukan dengan mendekati tokoh-tokoh Palestina itu. Jadi mulai diwacanakan kita membuat dukungan politik,” ujar Wachid.
“Inilah nanti yang akan saya sampaikan di bagian akhir bagaimana Muhammadiyah di tahap-tahap yang ketiga mulai membuat wacana perdamaian. Bagaimana perdamaian antara Palestina dan Israel bisa terjadi. Tidak hanya damai tidak ada kekerasan di sana tetapi juga harus ada persamaan hak,” tandasnya.