London, Gatra.com - Regulator obat Inggris telah menyetujui vaksin COVID-19 Johnson & Johnson untuk digunakan.
Pernyataan itu disampaikan kementerian kesehatan pada hari Jumat. Sekaligus menjadikannya suntikan COVID-19 keempat yang disiapkan untuk digunakan di negara tersebut.
Dikutip Reuters, Jumat (28/5), otoritas Inggris juga mengungkapkan telah menghentikan pesanan untuk suntikan dosis tunggal, juga dikenal sebagai vaksin unit J&J Janssen, di tengah masalah rantai pasokan perusahaan dan laporan pembekuan darah yang langka.
Inggris telah memberikan suntikan dua pertiga populasi dosis pertama COVID-19, dan pemerintah mengutip "skala dan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya" dari peluncuran tersebut. Langkah itu dilakukan di balik keputusan memangkas jumlah pesanan hanya 20 juta dosis dari sebelumnya 30 juta dosis.
“Karena Janssen adalah vaksin dosis tunggal, ini akan memainkan peran penting dalam beberapa bulan mendatang, karena kami melipatgandakan upaya untuk mendorong semua orang, agar mendapatkan suntikan mereka dan berpotensi memulai program booster akhir tahun ini,” kata menteri kesehatan, Matt Hancock.
Vaksin J & J sudah disetujui di AS dan Uni Eropa. Sebelumnya ada laporan juga terjadi pembekuan darah langka.
Suntikan tersebut menggunakan teknologi vektor virus yang mirip dengan vaksin Oxford-AstraZeneca, di mana gumpalan yang sama telah dilaporkan.
Inggris telah menyarankan bahwa suntikan di bawah 40 tahun ditawarkan alternatif menggunakan dosis AstraZeneca, dan pemerintah mengatakan bahwa penasihat vaksin, Komite Bersama Vaksinasi dan Imunisasi (JCVI) juga akan memberi kebijakan tentang bagaimana suntikan J&J digunakan.
Pemerintah mengatakan suntikan itu akan tersedia akhir tahun ini. Ada laporan bahwa target J&J akan meleset dari pengirimannya untuk Uni Eropa pada kuartal ini.