Jakarta, Gatra.com– Kepala Indonesia Cyber Education (ICE) Institute, Prof. Paulinna Pannen, mengungkapkan bahwa Indonesia dituntut sebagai anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk mewujudkan 17 Suistanable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, yang salah satunya adalah quality education atau kualitas pendidikan, nomor empat dari SDGs.
“Bagaimana Indonesia bisa menyiapkan, menyediakan quality education yang bisa diakses oleh seluruh anak bangsa dan affordable ya, yang artinya mampu begitu ya, tidak terlalu mahal,” tuturnya, dalam seri webinar yang diselenggarakan oleh ICE Institute dan Universitas Terbuka (UT), yang bertajuk “AI (Artificial Intelligence) For Online Learning”, serta disiarkan langsung via Zoom dan kanal YouTube Universitas Terbuka TV pada Kamis, (27/5).
Paulinna mengatakan, ICE Institute merupakan Unit Pengembangan Pembelajaran Dalam Jaringan Indonesia (UPPDJI), yang berada di bawah koordinasi UT. ICE Institute juga sebagai inisiatif dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) pada tahun 2017 lalu, di bawah pimpinan Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim. Dan kemudian dipercayakan serta dimandatkan kepada Universitas Terbuka untuk mengelolanya. “Tetapi artinya layanan dan kepemilikan bukan cuma di Universitas Terbuka, tapi di Indonesia. Terutama komunitas pendidikan tinggi Indonesia,” terangnya.
Selain itu Paulinna menjelaskan mengapa diadakan ICE Institute, di mana sebetulnya bukan semata-mata akibat pandemi COVID-19. Namun, ICE Institute telah diinisiatif pada lima tahun lalu guna menjawab perubahan di dunia, dengan adanya era digital, globalisasi dan ketergantungan masyarakat terhadap internet yang semakin tinggi. “Dan kita menjadi tidak punya batas antara negara, antara antar waktu. Sehingga pada saat itu timbul lah pemikiran-pemikiran bagaimana kita bisa memanfaatkan perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi [TIK] ini dalam dunia pendidikan di Indonesia,” lanjutnya.
Kemudian kata Paulinna, juga didorong oleh upaya-upaya bahwa pendidikan Indonesia harus bisa duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi dengan pendidikan global. Seperti diketahui, kompetisi di dunia itu sangat ketat dan mereka mengharapkan perguruan tinggi-perguruan tinggi Tanah Air dapat berada di dalam satu komunitas di dunia, yang disebut sebagai upaya-upaya internasionalisasi. “Nah, ini alasan utama kenapa ICE Institute itu lahir, ditambah kemudian dengan adanya pandemi COVID-19 yang mana mendorong, semakin mendorong proses pembelajaran yang berbeda di perguruan tinggi dari sebelum pandemi,” ujarnya.