Jakarta, Gatra.com – Infeksi virus corona di wilayah Asia Selatan melampaui 30 juta kasus pada hari ini, (28/5) menurut penghitungan data resmi kantor berita Reuters yang dipimpin oleh India. Di mana, negara tersebut tengah berjuang dengan gelombang COVID-19 kedua serta kekurangan vaksin di seluruh wilayah. India, negara terpadat kedua di dunia itu, bulan ini mencatat angka kematian akibat virus corona tertinggi sejak pandemi yang dimulai pada tahun lalu dan telah terhitung lebih dari sepertiga dari total keseluruhannya, sebagaimana dilansir dari kantor berita Reuters pada Jumat, (28/5).
Sementara itu, wilayah Asia Selatan yang meliputi India, Bangladesh, Pakistan, Bhutan, Nepal, Maladewa dan Sri Lanka, telah menyumbang 18% kasus COVID-19 di dunia serta hampir 10% kematian akibat virus menular tersebut. Tetapi, ada kecurigaan yang berkembang bahwa penghitungan resmi infeksi dan kematian tidak mencerminkan tingkat masalah yang sebenarnya. Bulan ini, India membuka kampanye vaksinasi virus corona untuk semua orang yang berusia 18 tahun ke atas. Namun, belum mampu memenuhi permintaan vaksin meski menjadi salah satu produsen vaksin terbesar di dunia.
India telah menginokulasi orang-orangnya dengan vaksin AstraZeneca (AZN.L), yang diproduksi secara lokal di Serum Institute of India (SII). Covaxin, vaksin virus corona buatan India, dibuat oleh perusahaan lokal Bharat Biotech dan telah mulai meluncurkan Sputnik V. Rusia. Di samping itu, Perdana Menteri (PM) India, Narendra Modi, telah menghadapi kritik yang meningkat atas kegagalan mengamankan vaksin. Karena hanya sekitar 3% dari 1,3 miliar populasi di negaranya yang telah divaksinasi penuh. Hal ini merupakan tingkat terendah di antara 10 negara dengan kasus COVID-19 terbanyak.
Untuk memenuhi permintaan domestik, India sudah menghentikan sementara ekspor vaksin pada bulan Maret lalu, setelah menyumbangkan atau menjual lebih dari 66 juta dosis. Penghentian tersebut telah membuat negara-negara termasuk Bangladesh, Nepal, Sri Lanka, dan banyak negara di Afrika berebut untuk mendapatkan pasokan alternatif.
Namun, India masih menghadapi kekurangan vaksin dan beberapa pemerintah negara bagiannya. Dan bahkan kota-kota seperti Mumbai, telah meluncurkan tender global atau meminta pernyataan minat dari perusahaan seperti Pfizer (PFE.N), Moderna (MRNA.O) dan Johnson dan Johnson (JNJ.N) untuk persediaan mendesak.
Untuk diketahui, penghitungan resmi India untuk infeksi virus corona harian telah menurun dalam beberapa hari terakhir dan hal ini memberikan harapan bahwa gelombang kedua akan surut. Meski begitu, akan tetapi ada kekhawatiran serius bahwa banyak infeksi baru yang tidak dilaporkan, sebagian besar karena kurangnya pengujian di pedesaan. Hingga Jumat, (28/5) India telah melaporkan hampir 27,6 juta kasus dan 318.895 kematian, menurut grafik kasus global dan kematian akibat virus corona.
Selain itu, karena India tidak mungkin melanjutkan ekspor utama vaksin COVID-19 hingga Oktober mendatang, negara-negara Asia Selatan lainnya seperti Nepal dan Bangladesh melakukan upaya diplomatik untuk mengamankan vaksin tersebut untuk menopang dorongan inokulasi mereka yang goyah karena stoknya habis.
Tetangga barat India, Pakistan, dengan pembelian dan sumbangan dari Cina, serta alokasi dari Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) dan Aliansi Vaksin Global Alliance for Vaccines and Immunisation (GAVI), kini negara itu telah mendapatkan lebih dari 18 juta dosis. Kemudian sebelumnya, pada hari Rabu, (26/5) Pakistan membuka kampanye vaksinasi untuk semua orang yang berusia 19 tahun atau lebih. Menurut angka dari Our World in Data atau Grafik tentang vaksinasi COVID-19 global, setidaknya 219,17 juta dosis vaksin telah diberikan di Asia Selatan hingga hari ini, (28/5).