Jakarta, Gatra.com – Pakar Aliansi Kebangsaan, Yudi Latief, mengungkapkan bahwa tindakan korupsi adalah simbol utama dari ketiadaan amor patria atau cinta terhadap negara.
“Contoh paling sempurna dari ketiadaan amor patria [cinta negara] adalah korupsi. Jadi korupsi itu dipandang sebagai contoh paling sempurna di mana cinta negeri itu pudar,” ujar Yudi dalam seminar bertajuk "Bincang Kebangsaan: Kajian terhadap TWK KPK dari Perspektif Pengukuran" pada Kamis (28/5).
Mengutip filsuf asal Italia, Machiavelli, Yudi menyebut bahwa tindakan korupsi bisa merajalela karena ketiadaan rasa cinta terhadap negara. Ia menilai bahwa sikap patriotik paling sempurna tercermin dari kesiagaan dan kemauan seseorang, terutama penyelenggara negara, untuk memberantas korupsi.
“Jadi sebenarnya pemberantasan korupsi itu ekspresi tertinggi dalam mencintai negeri, patriotisme, dan kebangsaan,” tutur Yudi.
Dalam konteks Indonesia, Yudi mengkhawatirkan apa yang tengah terjadi pada lembaga anti-rasuah independen Indonesia, yakni Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Seperti diketahui, banyak kalangan sedang menyorot tajam sepak terjang KPK belakangan ini, terutama soal penyingkiran puluhan pegawai yang dinilai tak lolos Tes Wawasan Kebangsaan (TWK).
“Kenapa isu deficit wawasan kebangsaan ini justru datang dari KPK? Itu membuat saya geleng-geleng kepala,” ujar Yudi disertai senyum ironis.
Yudi menilai bahwa tindak-tanduk KPK ini merupakan simbol dari tiadanya amor patria atau rasa cinta dalam diri penyelenggara negara terhadap negaranya sendiri. Ia menilai bahwa para penyelenggara negara telah kehilangan sikap patriotiknya.
“Lho, kenapa para koruptor, terutama politisi yang korup, masih boleh ikut kontestasi, ikut menjadi kepala daerah, ikut melangsungkan kekuasaan, tapi mereka yang memberantas korupsi yang sebetulnya para patriotis justru harus dilucuti dan dikeluarkan dari KPK?” ujar Yudi.