Karanganyar, Gatra.com - Ketersediaan lahan industri dan upah pekerja yang kompetitif memantik minat calon investor menanamkan modalnya di Jawa Tengah. Para calon pemodal perlu diarahkan supaya sama-sama saling menguntungkan dan tepat berinvestasi.
Hal itu disampaikan mantan Kepala Bidang Pengawasan dan Pengendalian. Penanaman ModaL di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Jawa Tengah, Didik Subyantoro di acara Sosialisasi Penanaman Modal dan Bimbingan teknis laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) Bagi pelaku Usaha di Hotel Alana Colomadu Karanganyar, Jateng, Kamis (27/5). Dia selaku narasumber di forum tersebut.
“Jateng itu primadona industri alas kaki dan sepatu. Termasuk industri pembuatan komponennya. Sebut saja merek Adidas, Nike, Converse, itu kita yang jahit. Industri sepatu dan garmen membutuhkan komponen di Jawa Tengah. Mengapa? Karena upah tenaga kerja di Jawa Tengah kompetitif. Selain itu tersedia lahan industri,” katanya.
Ia menyebut UMK di Jabodetabek yang melebihi daerah lain, dinilai kurang bersahabat dengan pemodal. Mereka lalu bergeser ke kawasan lebih menguntungkan. Selain Jawa Tengah memberi efisiensi pada ongkos pekerja dan tersedia lahan memadai, juga gudangnya tenaga kerja terampil.
“Kita punya pekerja banyak. Basic nya tukang jahit,” katanya.
Pemerintah sengaja mengarahkan perakitan produk mancanegara di dalam negeri, khususnya garmen. Penggunaan komponen lokal terbukti lebih menguntungkan pemilik usaha, alih-alin impor bahan baku. Sesuai ketentuan fasilitas impor berdasarkan PMK No 176/2009 jo No 188/2015, jika menggunakan komponen dalam negeri (KDN) sampai 30 persen, maka jangka waktu izinnya bisa sampai 4 tahun.
“Maka kita sampaikan segala hal tentang perizinan. Berbagai kemudahan diberikan ke pemodal. Termasuk pemakaian OSS (Online Single Submission) atau perisinan usaha terintegrasi secara elektronik,” katanya.
Berkat kemudahan itu, ia menyebut target investasi di Jawa Tengah yang semula Rp24 triliun menjadi terdongkrak sampai di atas Rp50 triliun pada 2020.