Yogyakarta, Gatra.com - Pemeritah Kota Yogyakarta dan Paguyuban Lesehan Malam Malioboro sama-sama membantah adanya pedagang yang menaikan harga diatas kewajaran alias "nuthuk" ke wisatawan. Warganet diminta lebih bijak bersosial media karena mengubah image Malioboro tidak mudah.
Bantahan tidak adanya pedagang nakal di Malioboro ini disampaikan Ketua Lesehan Malam Malioboro, Sukidi pada Kamis (27/5) siang.
"Sebab semua pedagang dari ujung utara sampai selatan masih tetap orangnya sehingga tahu mengenai aturan yang berlaku. Jika ada pedagang baru, yang kemudian nuthuk, maka kami pasti tahu," katanya.
Tidak hanya itu, jika ada dugaan itu adalah pedagang baru, maka dirinya berani bertanggung jawab sebab lewat paguyuban inilah rekomendasi berdagang atau memperpanjang izin di Malioboro bisa dikeluarkan.
Disinggung mengenai harga sewa lapak di Malioboro, Sukidi menyatakan saat ini tidak berlaku sistem tersebut. Setiap pedagang hanya dikenai retribusi yang besarnya berbeda tergantung dari omzet.
"Hanya retribusi biasa sifatnya persentase kalau 10 persen dari omzet memenuhi standar atau kriteria, maka pedagang dikenakan retribusi Rp 500 ribu perbulan. Kalau tidak sampai ya hanya wajib lapor," ucapnya.
Atas viralnya video yang menggambarkan mahalnya harga makanan di Malioboro pada Rabu (26/7) oleh wisatawan perempuan. Sukidi berharap warganet lebih bijak bermedia sosial.
Mengingat mengubah citra Malioboro, dari yang tidak tertata hingga sekarang dibutuhkan usaha yang tidak mudah. Transparansi harga di seluruh lapak pedagang seingatnya sudah diberlakukan mulai 2007 dan terus dijaga agar tidak memburuk seperti sebelumnya.
Wakil Walikota Heroe Poerwadi mengatakan dari dari penelusuran tim Jogoboro, pimpinan komunitas serta komunikasi dengan pedagang Malioboro. Ia menyatakan tidak ada pedagang yang menaikan harga dari kewajaran.
"Menyajikan wajar dan tidak nuthuk sudah menjadi kesepakatan dengan para pedagang dan komunitas. Bahkan beberapa minggu lalu kami sudah bertemu dan sepakat," tulisnya.
Bahkan proses pencarian menurut Heroe terus dilakukan hingga sirip-sirip jalan Malioboro. Jika nantinya ketemu, pihaknya memastikan akan memberi sanksi tegas dengan tidak boleh berdagang lagi di kawasan Malioboro.
"Sebab jika itu benar, oknum-oknum itulah yang merusak nama Malioboro dan Jogja. Semua sepakat, bahwa tidak hanya harga makanan, petugas parkir atau lainnya akan berlaku wajar. Ini sudah menjadi kebijakan, bila dilanggar akan ditindak tegas," lanjutnya.