Home Internasional Assad Berikan Suara di Bekas Kota Pemberontak

Assad Berikan Suara di Bekas Kota Pemberontak

Douma, Gatra.com- Presiden Suriah Bashar al-Assad memberikan suaranya dalam Pemilu Pilpres yang digelar pada Rabu (26/05) di kota Douma yang dahulu pernah dikuasai oleh kubu pemberontak dan tempat terjadinya serangan menggunakan senjata kimia pada tahun 2018.

Assad mengklaim bahwa pemilu kali ini menunjukkan Pemerintahan Suriah telah berfungsi secara normal meskipun terdapat konflik yang telah berlangsung selama satu dekade. Pertempuran tersebut telah menewaskan ratusan ribu orang dan mengusir 11 juta rakyat atau sekitar setengah dari populasi negara tersebut.

“Suriah bukanlah apa yang mereka coba ceritakan tentang satu kota melawan kota lainnya dan satu sekte melawan yang lain atau perang saudara. Hari ini kami membuktikan dari Douma bahwa rakyat Suriah adalah satu,” Ungkap Assad setelah pemungutan suara.

Meski demikian, di selatan kota Deraa, tempat lahir pemberontakan melawan Assad pada 2011 silam dan benteng oposisi sampai pemberontak di sana menyerah tiga tahun lalu, para pemimpin lokal setempat tengah menyerukan pemogokan.

Pemilu Suriah tetap berjalan meskipun PBB menyerukan pemungutan suara tersebut seharusnya berada di bawah pengawasan internasional yang akan membantu membuka jalan bagi konstitusi baru dan penyelesaian politik.

Pemilu kali ini disebut oleh lawan-lawan Assad sebagai penipuan dan telah diatur untuk memberikannya tujuh tahun lagi dalam lingkar kekuasaan serta memperpanjang pemerintahan keluarganya hingga hampir enam dekade. Ayahnya, Hafez al-Assad memimpin Suriah selama 30 tahun hingga kematiannya pada tahun 2000.

Oposisi memboikot pemungutan suara dan mengatakan rival presiden Assad dalam Pemilu kali ini sengaja dipilih yang tak sepadan. Mereka adalah mantan wakil menteri kabinet, Abdallah Saloum Abdallah dan Mahmoud Ahmed Marei, kepala partai oposisi kecil.

Menanggapi kritiknya, Assad mengatakan bahwa warga Suriah telah memperjelas posisi mereka dengan keluar dalam jumlah besar untuk berpartisipasi dalam pemilu ini. "Nilai opini Anda nol," katanya.

Di Fakultas Seni Universitas Damaskus, ratusan mahasiswa berbaris untuk memberikan suara, dengan beberapa bus diparkir di luar. "Dengan darah dan jiwa kami, kami mengorbankan hidup kami untuk Anda Bashar," teriak sekelompok dari mereka sebelum pemungutan suara dibuka, dalam adegan yang berulang di 70% wilayah Suriah yang sekarang di bawah kendali pemerintahannya.

"Kami datang untuk memilih presiden Bashar al-Assad ... tanpanya Suriah tidak akan menjadi Suriah," kata Amal, seorang mahasiswa perawat, yang menolak memberikan nama belakangnya karena khawatir akan diserang musuh Assad.

Sebuah sumber mengatakan bahwa pemerintahan Assad telah mendesain aksi demonstrasi besar dalam beberapa hari terakhir untuk mendorong pemungutan suara. Sementara aparat keamanan yang menopang kekuasaan minoritas Alawit Assad telah menginstruksikan pegawai negara untuk ikut memilih.

"Kami telah diberitahu bahwa kami harus pergi ke tempat pemungutan suara atau bertanggungjawab bila tidak memberikan suara," kata Jafaar, seorang pegawai pemerintah di Latakia yang hanya menyebut nama depannya, juga takut akan menerima serangan oposisi.

233