Jakarta, Gatra.com – Ketua Umum (Ketum) Perkumpulan Bumi Alumni (PBA), Ary Zulfikar, mengatakan, pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) harus menyesuaikan diri di era transformasi digital ini.
Ari di Jakarta, Senin (24/5), menyampaikan, transformasi digital membuat proses bisnis menjadi lebih singkat dan efisien. Transformasi digital juga membuat proses produksi menjadi sangat cepat sehingga menghasilkan pasar yang saling bersaing.
"Tidak aneh sekarang kita membeli barang dari Alibaba dan Amazaon, kita dapat gratis ongkos kirim padahal beda benua. Kita sekarang berada di era transformasi digital," ujarnya.
Ary dalam halalbihalal virtual Idulfitri 1442 Hijriah yang dihelat PBA dan Koperasi UMKM Alumni Indonesia (KUALI) ini, berharap pelaku UMKM bisa memanfaatkan ekonomi digital untuk akses pasar dan distribusi produk UMKM.
Untuk akses pasar dan distribusi produk UMKM, PBA siap membantu para pelaku UMKM untuk menguatkan dan mengembangkan kualitas supaya produk mempunyai nilai ekonomi dan berdaya saing tinggi.
Dalam acara bertema "Idulfitri Mengembalikan Fitrah Kebersamaan, Membersihkan Egoisme Diri" itu, Ketua Bidang Hubungan Lembaga PBA, Dewi Tenty S.A, menyampaikan, UMKM sudah terbukti menjadi sektor yang paling bertahan meski Indonesia dilanda beberapa kali resesi. Namun, pandemi Covid-19 datang dan mampu meluluhlantahkan ekonomi Indonesia.
Menurutnya, ini tentu berpengaruh dan berdampak besar terhadap perekonomian 64 juta pelaku UMKM di Tanah Air. "Ini jadi pekerjaan rumah pemerintah, terutama Kemenkop UMKM," katanya.
Ia melanjutkan, Kementerian Koperasi (Kemenkop) dan UKM berkolaborasi dengan sejumlah kementerian atau lembaga lainnya, di antaranya Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk menjadikan UMKM kembali bangkit dan menopang perekonomian di masa sulit ini.
Sementara itu, Staf ahli Kemenkop UMKM Bidang Ekonomi Makro, Rulli Nuryanto, menyampaikan, pandemi yang sudah berlangsung setahun lebih, berdampak besar pada pelaku UMKM. Namun, di sisi lain, pandemi menjadi momentum para pelaku UMKM untuk bertransformasi ke arah ekonomi digital.
Menurutnya, transformasi itu perlu dilakukan karena 80% UMKM yang memanfaatkan digital memiliki ketahanan lebih baik dalam menghadapi pandemi. Di samping itu, diprediksi potensi ekonomi digital Indonesia akan menjadi yang terbesar di Asia Tenggara pada 2025 dengan nilai sekitar Rp18 ribu triliun. Potensi yang besar itu merupakan kesempatan yang harus dimanfaatkan pelaku UMKM.
"Ini bisa dimanfaatkan pelaku UMKM yang saat ini jumlahnya mencapai 64,2 juta dengan kontribusi terhadap PDB sebesar 61,7%. Untuk saat ini, sumbangan ekspor pelaku UMKM memang masih kecil. Tetapi penyerapan tenaga kerja jampir 97% dari angkatan kerja yang ada di Indonesia," ujar Rulli.
Adapun yang menjadi tantangan saat ini, kata Rulli, UMKM memiliki tingkat kewirausahaan yang rendah dengan rasio 3,47%. Angka itu menunjukan bahwa kualitas UMKM di Indonesia masih rendah, produktivitas rendah, kurang memiliki daya inovasi, dan susah bertahan dalam persaingan pasar.
“Kemenkop berupaya untuk meningkatkan rasio itu dengan membentuk ekosistem untuk mendukung UMKM. Diharapkan pada 2024 rasio meningkat menjadi 4%," ujarnya.
Untuk itu, pemerintah secara konsisten mendorong pelaku UMKM untuk masuk ke dalam ekosistem digital. Di antaranya dengan melakukan pendampingan pelatihan daring dan menghadirkan pasar digital BUMN.
Pemerintah juga sudah mengeluarkan sejumlah peraturan turunan dari UU Cipta Kerja untuk mendukung pengembangan dan pemberdayaan UMKM dan koperasi. Salah satu amanah dalam peraturan itu, yakni mewajibkan 40% belanja kementerian atau lembaga menyerap produk UMKM dan koperasi.
"Itu tidak bisa dilakukan hanya pemerintah sendiri. Perlu ada kerja sama dari masyarakat, terutama dari PBA untuk memperkuat dan mendukung pengembangan UMKM dan koperasi," kata Rulli.
Direktur Utama PT Sarinah, Fetty Kwartati, mengatakan, pihaknya mendukung upaya pemerintah untuk menguatkan UMKM nasional. Sarinah memiliki motto menjadikan UMKM bisa naik kelas.
"Hal ini sejalan dengan tujuan didirikannya Sarinah. Soekarno mendirikan Sarinah untuk meningkatkan ekonomi kerakyatan. Dalam konteks hari ini, supaya UMKM bisa naik kelas," kata Fetty.
Fetty menyampaikan, Sarinah sedang melakukan transformasi bisnis untuk menyesuaikan tren yang ada saat ini. Salah satu transformasi yang dilakukan adalah mengandeng UMKM dengan menyediakan tempat bagi produk UMKM di Gedung Sarinah.
"Tujuanya menjadikan Sarinah sebagai kereta yang membawa gerbong, seperti UMKM dan produk lokal ke pasar global," katanya.
Namun, untuk bisa bergabung ke Sarinah, produk UMKM yang didaftarkan harus melalui proses kurasi. Kurasi dilakukan untuk memastikan bahwa produk yang tersedia di gedung Sarinah memang kompetitif. Tahapan kurasi pada produk UMKM mulai dari (basic) produk, seleksi, hingga tahap signature atau penandatanganan.
Menurutnya, ada 8 komponen nilai kurasi, yakni nurturing quality, Indonesian spirit, Indonesian owner, Indonesian sourching, Indonesian process, Indonesian name, craftmanship, dan cool factor.
"Penilaian kurasi dilakukan oleh tim internal Sarinah bersama tim eksternal yang diundang untuk ikut menilai," kata Fetty.