Jakarta, Gatra.com – PT Pertamina (Persero) tak melulu mengurus soal bahan bakar minyak (BBM) dan LPG, tetapi juga terut berupaya melestarikan kain Nusantara, di antaranya Songket Silungkang Aina.
Pjs. Senior Vice President Corporate Communications & Investor Relations Pertamina, Fajriyah Usman, dalam keterangan tertulis yang diterima pada Selasa (18/5), menyampaikan, kekayaan busana dan kain adat yang dimiliki Indonesia patut dijaga kelestariannya oleh semua pihak.
Pertamina turut mengambil peran tersebut dengan membina para perajin kain Nusantara melalui Program Kemitraan. Para usaha mikro dan kecil (UMK) tersebut dibina dan didampingi hingga bisa menjadi UMK naik kelas dan Go Global.
Mitra binaan Pertamina pemilik usaha Songket Silungkang Aina, Hamamul Fauzi Basri, mengatakan, bisnis songket ini sudah generasi ke-3. Bisnisnya berpusat di Silungkang, Kota Sawahlunto, Sumatera Barat (Sumbar).
"Berawal dari kakek nenek saya, lalu dilanjutkan ibu saya Bu Aina, dan sekarang saya ikut meneruskan," ungkapnya.
Menurut Fauzi, songket Silungkang mempunyai beberapa keunggulan dibanding jenis songket lain. Penggunaan benang kain yang lebih banyak ketimbang benang emas, membuat songket Silungkang terasa lebih ringan. Selain untuk kain sarung dan selendang, songket Silungkang bisa diaplikasikan untuk bahan pakaian, taplak meja, gorden, gambar dinding, sepatu, dan sandal.
Fauzi menceritakan lika-liku keluarganya dalam menjalankan bisnis ini. Terutama saat terjadi krisis moneter pada tahun 1998, ibunya harus merumahkan ratusan pekerja. Namun berkat kekreativitasan orang tuanya, bisnisnya bisa kembali menggeliat dengan sistem kemitraan.
"Ratusan pekerja itu kini jadi mitra. Meski bisa menciptakan pesaing baru, tapi konsep ini lebih minim risiko dan ikut membantu mereka," katanya.
Keluarga Fauzi akan menyiapkan motif dan standar kualitas yang harus dipenuhi. Kemudian barulah dikerjakan oleh mitra anak tenun, selanjutnya hasil kain-kain tersebut akan kembali dibeli oleh Fauzi. Upaya ini menjadi salah satu implementasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) ke-8, yakni menyediakan pekerjaan yang layak dan mendukung pertumbuhan ekonomi.
Soal harga, songket Silungkang dijual mulai Rp350 ribu hingga jutaan rupiah. Selain di pasarkan langsung dari pusat produksi di Silungkang, Fauzi kini telah memiliki gerai songket sendiri yang terletak di Pusat Pertokoan Pasar Atas Bukittinggi Lt.3 No. 80 dan 48.
Sejak menjadi binaan Pertamina pada 2018 lalu, bisnisnya mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Mulai dari penambahan karyawan sebesar 50%, semula 5 orang kini jadi 10 orang. Dari sisi omzet meningkat 20% menjadi Rp30 juta setiap bulannya. Hingga perluasan area pemasaran ke seluruh Indonesia berkat pemasaran secara digital melalui media sosial.
Fajriyah menambahkan, Pertamina akan terus mendukung usaha seperti yang dijalani Fauzi dan keluarganya. "Meski songket adalah jenis kain tenunan tradisional rumpun Melayu di Indonesia, Malaysia, dan Brunei. Namun beberapa di antara tumbuh dan berkembang menjadi kain khas daerah di Indonesia seperti songket Silungkang ini,” katanya.
Menurutnya, melalui Program Kemitraan, Pertamina ingin dapat senantiasa menghadirkan energi yang menggerakkan roda ekonomi. Energi yang menjadi bahan bakar, serta energi yang menghasilkan pertumbuhan berkelanjutan.
Pertamina senantiasa mendukung pencapaian SDGs (Sustainable Development Goals) poin 8 melalui implementasi program-program berbasis ESG (Environmental, Social, and Governance) di seluruh wilayah operasionalnya. Hal ini merupakan bagian dari tanggung jawab lingkungan dan sosial, demi mewujudkan manfaat ekonomi di masyarakat.