Gaza, Gatra.com – Kepala biro Al Jazeera di Yerusalem Walid al-Omari menyatakan serangan Israel ke Jala Tower merupakan upaya membungkam media yang menyiarkan apa yang terjadi di Gaza. Gedung yang menjadi kantor bagi media Al Jazeera dan biro Associated Press (AP) ini luluh lantak usai diterjang setidaknya tiga rudal Israel pada Sabtu (15/5).
“Mereka tidak hanya ingin menebarkan kehancuran dan pembunuhan, tetapi juga untuk membungkam media yang menyaksikan, mendokumentasikan, dan melaporkan kebenaran terkait apa yang terjadi di Gaza,” kata Walid seperti dilansir AFP, Sabtu (15/5).
Menurutnya, serangan tersebut merupakan bagian dari rentetan kejahatan yang dilakukan tentara Israel di Jalur Gaza. Serangan itu, kata Walid, tidak akan mampu membungkam Al Jazeera.
Video yang dipublikasikan Al Jazeera menunjukkan Jala Tower hancur lebur setelah serangan udara Israel. Debu dari puing-puing kemudian membubung tinggi membentuk awan jamur besar.
Adapun CEO dan Presiden AP, Gary Pruitt menyebut dunia akan tahu lebih sedikit tentang perkembangan terkini di Gaza akibat serangan itu.
Pruitt mengaku terkejut mengetahui militer Israel menargetkan dan menghancurkan gedung yang menampung biro AP dan organisasi berita lainnya di Gaza.
“Ini adalah perkembangan yang sangat mengganggu. Kami nyaris menghindari kehilangan nyawa yang mengerikan,” katanya dalam sebuah pernyataan tentang serangan terhadap Jala Tower.
Pruitt menambahkan selusin pekerja lepas dan jurnalis AP yang berada di gedung itu berhasil dievakuasi.
Gedung Putih, yang relatif tidak menonjolkan diri pada gejolak Israel-Palestina, pada Sabtu mengatakan bahwa pihaknya telah memperingatkan Israel tentang pentingnya melindungi media independen.
“Kami telah menyampaikan secara langsung kepada Israel bahwa memastikan keselamatan dan keamanan jurnalis dan media independen adalah tanggung jawab terpenting,” ungkap Sekretaris Biro Pers Gedung Putih, Jen Psaki dalam sebuah cuitan.
Pada Minggu (16/5), Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengklaim Jala Tower merupakan basis operasi penting bagi intel militer Hamas. Menurut IDF, Hamas memakai tempat itu guna mengumpulkan intel untuk menyerang Israel, memproduksi senjata dan menempatkan peralatan untuk menghambat operasi IDF.
Jawad Mahdi, pemilik Jala Tower, mengatakan seorang perwira intelijen Israel memperingatkannya lewat telepon bahwa akan ada serangan ke gedung itu. IDF memberinya waktu satu jam untuk mengevakuasi penghuni gedung.
Pengeboman Israel di Jalur Gaza sudah memasuki hari ketujuh berturut-turut.
Al Jazeera pada Minggu (16/5) melaporkan sedikitnya 149 warga Palestina, termasuk 41 anak-anak, telah tewas di Jalur Gaza dalam sepekan terakhir. Sedangkan di Tepi Barat yang diduduki, pasukan Israel telah menewaskan setidaknya 13 warga Palestina.