Gaza, Gatra.com – Menara Al-Jalaa yang berada di Jalur Gaza luluh lantak akibat serangan udara Israel pada Sabtu (15/5). Gedung sebelas lantai ini menjadi kantor bagi media Al-Jazeera dan biro The Associated Press (AP).
Belum ada keterangan jelas mengenai adanya korban dalam serangan itu. Video yang dipublikasikan Al-Jazeera menunjukkan gedung tersebut, yang juga menampung sejumlah hunian dan kantor lainnya, hancur lebur setelah dibom Israel.
Reporter Al-Jazeera, Safwat al-Kahlout mengungkapkan bahwa pemilik gedung bernama Jawwad Mahdi menerima telepon dari tentara Israel yang memperingatkan akan ada serangan ke gedung Al-Jalaa, sekitar satu jam sebelum serangan terjadi.
Mengetahui kabar itu, al-Kahlout dan rekan-rekannya yang juga berada di gedung tersebut buru-buru mengumpulkan sebanyak yang mereka bisa. Mulai barang-barang pribadi hingga peralatan kantor, terutama kamera.
“Saya telah meliput banyak peristiwa dari gedung ini. Kami memiliki banyak kenangan indah dengan kolega kami. Sekarang semuanya, lenyap begitu saja dalam dua detik,” ungkap al-Kahlout usai menyaksikan setidaknya tiga rudal menghantam gedung itu hingga hancur. Dia mengaku telah bekerja di gedung itu selama sebelas tahun dan sering melakukan laporan langsung dari atapnya.
Pada Sabtu pagi, serangan udara Israel juga menghantam rumah tiga lantai di kamp pengungsi Shati di Jalur Gaza. Serangan ini menewaskan delapan anak dan dua perempuan dari sebuah keluarga besar.
Setidaknya 140 warga Palestina telah tewas, termasuk 39 anak-anak dan 22 perempuan, sejak pemboman Israel yang dimulai pada Senin (10/5). Adapun pada pihak Israel melaporkan sembilan orang tewas akibat serangan roket dari kelompok bersenjata di Gaza.
Sementara itu, sejumlah warga Palestina berkumpul di Tepi Barat untuk memprotes pendudukan Israel yang terus berlanjut dan pemboman yang sedang berlangsung di Gaza. Demonstrasi solidaritas juga diadakan di seluruh dunia untuk memperingati Hari Nakba atau “The Catastrophe”, saat milisi Zionis mengusir paksa sekitar 750.000 hingga 1 juta warga Palestina untuk menciptakan negara Israel.