Jakarta, Gatra.com – Ketua Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KCP-PEN) Airlangga Hartarto menuturkan dari data awal terdapat sekitar 17 juta orang atau senilai 7 persen yang mudik pada tahun ini. Akan tetapi, dengan adanya Operasi Ketupat Jaya 2021 serta penyekatan-penyekatan yang dilakukan, ditemukan sekitar 1,5 juta warga Indonesia yang memaksa mudik, menurut data dari Kementrian Perhubungan (Kemenhub).
“Dan ini tentunya kebijakan yang diambil adalah dengan memperketat PPKM Mikro [Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat skala mikro], di mana dengan demikian dengan ketatnya PPKM Mikro diharapkan mereka yang terdampak atau pun yang dites positif [terkonfirmasi positif COVID-19] bisa dilakukan isolasi di daerah masing-masing,” lanjutnya, dalam dialog virtual yang digelar pada Sabtu siang, (15/5) dan disiarkan langsung via kanal YouTube BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) Indonesia.
Airlangga mengatakan, demikian pula saat para pemudik hendak kembali ke Jakarta, di mana telah disediakan beberapa tempat tersebut. Kalau untuk di Pulau Sumatra, ada di Pelabuhan Bakauheuni. Selain itu ada juga di beberapa titik di Pulau Jawa yang akan dipakai untuk memonitor mereka yang akan kembali ke Jakarta.
Dari segi total kasus sendiri, terangnya, secara keseluruhan Indonesia mengalami perbaikan dari kasus virus corona yang terkonfirmasi, ada 2.633 kasus. Kemudian kasus aktifnya 5,4 persen, tingkat kesembuhan telah mencapai 91,8 persen serta kasus meninggal akibat penyakit menular tersebut senilai 2,8 persen.
Airlangga menilai, total dari persentase kesembuhan akibat COVID-19 di Indonesia dan yang lainnya itu lebih baik dari beberapa negara. Sementara itu, Bed Occupancy Rate atau tingkat keterisian tempat tidur di rumah sakit (BOR) Nasional sampai 13 Mei 2021 lalu, angkanya senilai 29 persen. Akan tetapi, masih ada BOR yang cukup tinggi di beberapa provinsi di Sumatra. Antara lain, Riau sebesar 60 persen, Sumatra Utara 57 persen, Sumatra Barat 47 persen, dan Jambi 45 persen. Ada pun BOR di Provinsi Kalimantan Barat pun sama dengan Jambi, yakni 45 persen. “Tentunya kita melihat, bahwa kita perlu memonitor kasus yang muncul di Sumatra,” ucapnya.
Airlangga juga menerangkan pertambahan kasus harian virus corona di Sumatra. Di mana Provinsi Riau angkanya naik cukup tinggi, namun Kepulauan Riau telah mulai menurun walaupun masih di atas angka 100. Selain itu, Aceh masih berada di atas angka 75, sedangkan Sumatra Barat sudah di bawah 300. Kemudian Sumatra Selatan telah di atas 130-an, Jambi kasus hariannya tercatat 65 kasus, Sumatra Utara di atas 80, Bangka Belitung di bawah 200, Bengkulu mendekati angka 40 kasus serta Lampung mendekati angka 60 untuk kasus harian COVID-19.
“Nah tentu walaupun angkanya relatif terkendali, namun peningkatan ini tetap perlu diwaspadai dan penyekatan-penyekatan yang dilakukan tentu terbukti dalam tanda petik lebih efektif daripada tahun lalu. Kemudian tentu dengan langkah-langkah mandatory test yang diberlakukan, ini mulai tanggal 15 Mei, PCR maupun swab test dan dilakukan random test untuk Pulau Jawa di 21 titik yang menuju ke Jakarta, diharapkan ini bisa lebih memonitor pergerakan ataupun mobilitas-mobilitas masyarakat,” ungkap Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian itu.