Banyumas, Gatra.com - Hari Raya Idulfitri kurang lengkap tanpa menu wajib yaitu ketupat. Karena itu pula, warga di kampung ketupat Desa Datar, Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, semakin sibuk membuat ribuan selongsong ketupat.
Salah satu perajin ketupat, Nursito (50) menuturkan, kesibukan warga RT 01 RW 01 Desa Datar tumpukan ketupat sudah terlihat sepekan ini. Hampir setiap rumah membuat selongsong ketupat untuk disetorkan kepada pengepul. Uniknya, mereka membuat ketupat-ketupat ini di halaman rumah masing-masing.
"Ini sudah tradisi turun temurun. Setiap Lebaran, hampir satu RT buat semua," kata dia, Selasa (11/5).
Pada hari biasa, Nursito mengaku bisa membuat 500-1.000 biji selongsong ketupat. Namun, beberapa hari menjelang Lebaran, dia bisa memproduksi hingga 5.000 biji.
Untuk mempercepat produksi, dia merajut bersama istri dan anaknya. Tak lebih dari 3 menit, satu buah selongsong ketupat sudah jadi.
Selongsong ketupat yang sudah jadi disetorkan kepada pengepul. Sebuah selongsong ketupat dihargai Rp 40. Namun, pada musim seperti menjelang Lebaran ini, harganya naik menjadi Rp 70 per biji.
"Hari biasa, kalau bahan baku janurnya banyak bisa buat sampai 1.000. Tapi kalau sedikit ya 500. Bahan bakunya ambil dari Purbalingga. Ini sudah dapat 5.000 biji, tinggal setor ke pengepul," tuturnya.
Ketupat buatan Nursito ini dijual di pasar lokal, seperti di Pasar Wage. Sedangkan untuk sisa bahan baku, warga Kampung Ketupat mengolahnya lagi menjadi sapu lidi atau piring saji.
Pengepul selongsong ketupat, Sukati (44) menuturkan, menjelang Lebaran seperti ini, produksi ketupat di kampung tersebut meningkat. Pada hari biasa, perajin di industri rumahan ketupat yang dikelolanya hanya membuat 2.500 biji, atau menghabiskan sekitar 10 kuintal beras.
"Jelang Lebaran seperti ini tinggal dikalikan 10. Ya sekitar 25.000 biji. Itu bisa menghabiskan 1 ton beras," katanya.
Ketupat-ketupat itu, kata dia, dijual Rp 12.000 - Rp 15.000 per ikat tergantung ukurannya. Satu ikat berisi 10 biji.
Menurut dia, sebanyak 8 orang warga sekitar RT yang ikut menyetorkan selongsong ketupat di industri rumahan miliknya. Hal itu dilakukan karena permintaan ketupat semakin banyak.
"Biasanya kita jual di pasar sekitar Banyumas. Biasanya memang di Pasar Wage," ujarnya.
Sukati mengaku tetap mempertahankan tradisi membuat ketupat berbahan baku daun kelapa. Sebab, selain bahannya ramah lingkungan, rasanya juga lebih khas. Sisa bahan bakunya juga masih diolah lagi menjadi berbagai macam kerajinan.