Yerusalem, Gatra.com - Militan Palestina di Jalur Gaza menembakkan roket ke daerah Yerusalem dan Israel selatan pada hari Senin. Langkah ini sebagai ancaman atas tindakan Israel karena konfrontasi kekerasan dengan warga Palestina di Yerusalem.
Adapun Pejabat kesehatan Palestina di Jalur Gaza mengatakan sudah 20 orang, termasuk sembilan anak-anak, tewas akibat serangan balasan Israel.
Dilaporkan kantor berita Wafa Palestina, Senin (10/5) sebuah pesawat tak berawak Israel menembakkan rudal ke sekelompok orang di timur Beit Hanoun, menewaskan 20, di antaranya sembilan anak, dan melukai 65 lainnya, tiga di antaranya kritis.
Korban tewas kali ini terbesar dalam konflik paling berdarah dalam beberapa tahun.
Sedangkan tentara Israel mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa mereka telah menanggapi tembakan roket dari Gaza ke Israel.
"Kami telah menyerang banyak target teror Hamas di Gaza, termasuk, 2 peluncur roket, 2 pos militer, 8 operasi teror Hamas," tambah pernyataan itu.
Sirene roket terdengar di Yerusalem, di kota-kota terdekat dan di komunitas dekat Gaza beberapa menit setelah ultimatum dari kelompok Islam yang berkuasa di daerah kantong Hamas yang menuntut Israel mundur pasukan di kompleks masjid al-Aqsa, dan titik di kota suci itu.
Belum ada laporan tentang korban jiwa dari tembakan roket di Israel, namun media lokal melaporkan bahwa sebuah rumah di perbukitan Yerusalem telah rusak.
“Di sepanjang perbatasan Gaza-Israel yang dibentengi, sebuah rudal anti-tank Palestina yang ditembakkan dari wilayah pantai kecil itu menghantam sebuah kendaraan sipil, melukai satu orang Israel,” kata militer.
Hamas dan kelompok militan Jihad Islam yang lebih kecil mengaku bertanggung jawab atas serangan roket tersebut . Laporan media Israel mengatakan lebih dari 30 roket ditembakkan.
"Ini adalah pesan yang harus dipahami musuh dengan baik," kata juru bicara sayap bersenjata Hamas, Abu Ubaida, dikutip AFP.
Saat Israel merayakan "Hari Yerusalem" pada Senin pagi, itu menandai direbutnya bagian timur kota suci itu dalam perang Arab-Israel 1967, menyebabkan kekerasan meletus di masjid al-Aqsa, situs paling suci ketiga bagi Islam.
Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan lebih dari 300 warga Palestina terluka dalam bentrokan dengan polisi yang menembakkan peluru karet, granat kejut, dan gas air mata di kompleks yang juga dihormati oleh orang-orang Yahudi di lokasi kuil-kuil alkitabiah.
Bentrokan, di mana polisi mengatakan 21 petugas juga terluka, di al-Aqsa telah mereda pada saat Hamas mengeluarkan ultimatum pukul 6 sore (1500 GMT).
Bentrokan baru-baru ini di Yerusalem telah meningkatkan kekhawatiran internasional tentang konflik yang lebih luas, dan Gedung Putih meminta Israel untuk memastikan ketenangan selama "Hari Yerusalem".
Adapun di Lingkungan Sheikh Jarrah di Yerusalem Timur juga menjadi titik fokus protes Palestina selama bulan suci Ramadhan.
Beberapa warga Palestina menghadapi penggusuran, di bawah perintah pengadilan Israel, dari rumah yang diklaim oleh pemukim Yahudi atas kasus hukum yang sudah berjalan lama.
Israel memandang semua Yerusalem sebagai ibukotanya, termasuk bagian timur yang dianeksasi setelah perang 1967, yakni sebuah tindakan yang belum mendapat pengakuan internasional. Palestina ingin Yerusalem Timur menjadi ibu kota negara yang mereka cari di Gaza dan Tepi Barat yang diduduki Israel.