Home Ekonomi Sawit Mulai Hilang di Bungaraya, Kemana?

Sawit Mulai Hilang di Bungaraya, Kemana?

Siak, Gatra.com - Sejak 2017, masyarakat Kecamatan Bungaraya di Kabupaten Siak Provinsi Riau sudah mulai beralih ke tanaman padi. Secara swadaya, masyarakat menumbang batang sawit di lahan mereka dan mengubahnya jadi persawahan.
 
Awalnya, hanya seluas 10  hektare. Namun, lambat laun hamparan kebun sawit di sana berubah jadi persawahan. Soalnya, bantuan pemerintah daerah untuk alih fungsi lahan sudah mulai ada.
 
"Tahun 2019, kita sudah mulai membantu petani yang ingin alih fungsi lahan. Bantuan yang diberikan hanya meminjamkan alat berat. Biayanya, mulai dari minyak dan operator alat berat, ditanggung sama petani," kata Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian Kabupaten Siak, Suwandi kepada Gatra.com, Selasa (4/5).
 
Suwandi mengaku secara detail data luas perkebunan kelapa sawit masyarakat Kecamatan Bungaraya tidak begitu mengetahuinya. Namun, ia memprediksi lebih dari dua ribuan hektare kebun sawit di daerah tersebut. Soalnya, daerah Kecamatan Bungaraya merupakan lahan eks transmigrasi yang masyarakatnya notabene berkebun sawit.
 
"Paling dua ribuan hektare (kebun sawit). Dari luas itu, 258 hektare-nya sudah beralih fungsi ke sawah," kata dia.
 
Dikatakan Suwandi, rata-rata alasan masyarakat alih fungsi lahan karena  hasil sawit tidak begitu menjanjikan. Dalam satu hektare, per tahun tanaman padi bisa menghasilkan duit Rp56 juta. Sementara sawit, hanya sekitar Rp18 jutaan.
 
"Kali-kalinya begini, kalau padi, dua kali tanam satu tahun, paling dikit hasilnya 12 ton gabah. Dikali Rp4 ribu saja satu kilo, duitnya hampir Rp56 juta. Potong produksi satu kali tanam Rp8 juta. Kalau dua kali tanam, duit produksinya hanya Rp16 juta yang dihabiskan. Sisa duit yang dikantongi petani, Rp40 jutaan lagi. Nah, kalau kebun sawit satu hektare, paling banyak itu menghasilkan sekitar Rp18 jutaan dalam satu tahun. Belum lagi upah manen, pupuk dan lainnya. Sementara, petani padi, banyak bantuan dari pemerintah, mulai subsidi pupuk dan lain sebagainya," terangnya.
 
Maka itu, tidak hanya di Bungaraya saja, petani sawit lainnya di Kabupaten Siak juga sudah mulai perlahan-lahan beralih fungsi ke petani padi.
 
"Memang belum luas, yang alih fungsi lahan sawit ke persawahan. Hingga saat ini, baru 273 hektare se kabupaten. Yang paling luas itu, di Kecamatan Bungaraya. Tapi saya yakin, setiap tahunnya akan bertambah," kata Suwandi.
 
Saat ini, total luas persawahan di Kabupaten Siak 5.025 hektare. Yang masuk dalam Lahan Pangan Berkelanjutan (LP2B) 4.023 hektare. LP2B ini artinya lahan tanaman padi yang tidak bisa dialih fungsikan ke tanaman lainnya. 
 
"Peraturan daerah (Perda) tentang itu sudah ada. Jadi, kalau lahan persawahan yang masuk LP2B, tidak bisa lagi tanam apa pun. Hanya padi yang boleh," ujarnya.
 
Daerah di Kabupaten Siak yang masuk LP2B ini adalah Kecamatan Bungaraya 2.202 hektare, Sungai Apit 521 hektare dan Sabak Auh 1.300 hektare. Sementara lahan persawahan Kabupaten Siak lainnya seperti di Kecamatan Tualang dan Mempura tidak masuk LP2B.
 
"Jadi, kalau lahan persawahan di Mempura dan Tualang, bisa saja mereka alih fungsikan lagi. Misalnya saat ini tanam padi, besok-besok mereka mau tanam sawit lagi bisa," kata dia.

 

5574