Karanganyar, Gatra.com- Panen padi varietas Inpari-32 bermetode organik di lahan percontohan di Papahan, Karanganyar, Jateng sukses. Selama bercocok tanam, dipakai fermentasi air kencing kelinci yang menggantikan pestisida cair.
Masa tanam sampai panen juga lebih singkat dibanding cara konvensional. Kabid Peternakan Dispertan PP Karanganyar, Heri Sulistyo mengatakan di 10 hektare lahan percontohan itu terdapat dua bidang. Pada bidang pertama, dibutuhkan 95 hari sampai panen sedangkan bidang kedua 90 hari. Normalnya, usia padi 120 hari baru bisa dipanen.
Panennya maju, kualitas lebih bagus karena organik dan bulir padinya banyak. Per malai terdapat 220 bulir, katanya kepada wartawan di lokasi, Senin (3/5).
Metode yang dipakainya diklaim solusi pertanian tanpa pupuk sintetis. Cukup penyemprotan air kencing yang difermentasi dengan mikroba. Memupuk tanah sebelum ditanam diganti cara tersebut.
"Tanahnya disemprot dulu agar mematikan gulma. Bisa bertahan tidak tumbuh gulma sampai tiga bulan. Ini menggantikan merabuk tanah yang membutuhkan banyak pupuk sintetis," jelasnya.
Kemudian penyemprotan dengan materi yang sama sebanyak dua kali tiap pekan. Di usia tanaman 65 hari, Heri menyemprot dengan ditambah susu sapi dan telur bebek.
"Sebanyak 30 liter susu dan 50 butir telur dicampur urine serta difermentasi mikroba. Hasilnya, bulir padi lebih berisi dengan kulit tipis," katanya.
Metode organik tanpa pupuk kimia ini menghasilkan tanaman lebih kokoh. Hewan pengerat yang biasanya menyerbu tanaman padi, otomatis menyingkir. "Tikus tidak mau makan tanaman karena ada urine kelinci di situ," jelasnya.
Keuntungan lainnya, tanaman ternyata tak membutuhkan air melimpah. Meski demikian, pengairan tetap perlu. Adapun produktivitasnya 8,48 ton gabah kering panen per hektare atau 7 ton gabah kering giling per hektare.
Per kuintal gabah kering dihasilkan 65 kilogram beras. Berasnya lebih berkualitas. Tidak membusuk meski sudah ditanak tiga hari sebelumnya, katanya.
Metode tersebut bukan tanpa kendala. Petani mengeluarkan ekstra energi untuk menyemprot tanaman sebanyak dua kali tiap sepekan. Lebih lanjut dikatakan, selain air kencing kelinci, juga bisa dipakai air kencing sapi dan manusia. "Kalau pakai air kencing manusia lebih bagus," katanya.