Home Kebencanaan Ahli Geologi: Kawah Sileri Bisa Kembali Erupsi Sewaktu-waktu

Ahli Geologi: Kawah Sileri Bisa Kembali Erupsi Sewaktu-waktu

Banyumas, Gatra.com– Ahli Geokimia dan Geologi Panasbumi Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Sachrul Iswahyudi,ST. MT memperingatkan Kawah Sileri bisa kembali erupsi sewaktu-waktu atau mendadak, tanpa didahului tanda-tanda signifikan. Kawasan vulkanik atau gunung api yang tampaknya tidak aktif dan membahayakan dapat tiba-tiba mengalami letusan tanpa adanya peringatan sebelumnya.

Menurut dia, ini berbeda dari letusan gunung api (magmatik), yang biasanya ditandai oleh beberapa indikasi awal yang signifikan, terutama mendekati saat-saat erupsi. Di antaranya, getaran gempa yang semakin meningkat, komposisi gas-gas vulkanik yang semakin tinggi, temperatur yang semakin tinggi pada mata air, dan lain-lain.

Magma yang naik dan bergerak biasanya menimbulkan sinyal pada sistem pemantauan. Tapi hal tersebut sering tidak terjadi pada erupsi (letusan) freatik karena memang tidak ada magma yang terlibat selain hanya memanasi air di bawah permukaan.

“Sekalipun letusan freatik pada umumnya kurang signifikan, bencana ini bisa menimbulkan ancaman serius karena ketidaksiapan masyarakat. Dengan demikian, upaya-upaya mitigasi, pemantauan dan penelitian harus terus dilakukan demi mengurangi resiko,” katanya, dalam keterangan tertulis, dikutip Minggu malam (2/5).

Sachrul menjelaskan, dari fenomena letusan freatik Kawah Sileri atau tempat lain, dapat dikatakan bahwa, letusan (erupsi) gunung api juga dapat terjadi tanpa adanya magma yang naik ke permukaan. Keberadaan akuifer-akuifer air tanah yang terpanaskan oleh magma pada sistem vulkanik juga dapat menyebabkan erupsi sewaktu-waktu.

“Saat air dalam jumlah besar berubah fase manjadi uap karena pemanasan oleh magma secara bersamaan, lama kelamaan akan bertambah volume dan menimbulkan tekanan pada akuifer dan lapisan batuan penutup. Saat batuan-batuan tersebut tidak bisa lagi menahan tekanan, maka akan terjadi letusan yang akan melontarkan material-material yang ada di sekitarnya barcampur air panas atau lumpur,” jelas dosen Fakultas Teknik Unsoed ini.

Alumni S2 Teknik Geologi ITB Bandung ingi mengungkapkan bahwa kawasan gunung api yang memiliki sumber panas (magma) dan pola aliran air tertentu berpotensi menghasilkan erupsi-erupsi hidrotermal atau freatik lain. Ketika air berubah menjadi uap (karena terpanaskan) di bawah permukaan, akan menurunkan tekanan selanjutnya akan meningkatkan temperatur dan menguapkan air sisa secara tiba-tiba dan pada akhirnya juga akan menimbulkan erupsi juga.

Dia mengungkapkan, Gunung Dieng, Jawa Tengah adalah kompleks gunung api dengan aktivitas tersebar pada 16 kawah. Pemantauan yang dilakukan PVMBG pada dua kawah yang paling aktif yaitu Kawah Sileri dan Kawah Timbang. Pada Kamis (29042021) malam terjadi aktivitas pada Kawah Sileri. Untuk saat ini PVMBG mengimbau wisatawan dan masyarakat tidak mendekati Kawah Sileri.

Kawah Sileri yang terletak di kawasan vulkanik Dieng kembali mengalami letusan tanggal 29 April 2021, letusan freatik ini melontarkan batuan dan lumpur, dan tidak menimbulkan kerusakan dan korban yang signifikan. Status Kawah Sileri pun saat ini kembali normal.

Dia juga menyatakan kawasan vulkanik Dieng merupakan salah satu yang terpantau baik karena adanya pos pengamatan gunung api. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyebutkan bahwa erupsi tersebut merupakan erupsi freatik. Secara umum letusan freatik sering terjadi tanpa adanya indikasi awal yang cukup. Karena itu seringkali banyak yang tidak siap menghadapi tipe erupsi atau letusan seperti ini.

1430