Jakarta, Gatra.com- Lonjakan harga tandan buah segar (TBS) Kelapa Sawit yang mencapai Rp2.500 per kilogram, selain direspon dengan suka cita ternyata juga membikin para petani merasa was-was.
Kenaikan harga tersebut dengan sendirinya membuat onggokan TBS menggoda untuk dicuri. Di daerah sentra sawit seperti Riau, para pencuri sawit ini dikenal dengan istilah ninja sawit.
Karman (35) seorang keluarga petani sawit yang tinggal di Kecamatan Simpang Kanan, Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau, mengungkapkan aktivitas ninja sawit telah karib dengan usaha sawit.
Menurutnya jika harga TBS naik, maka aksi ninja sawit cenderung akan meningkat. Modus yang dipakai pun beragam mulai dengan menyatroni kebun sawit, hingga mengakali kelancaran jalur transportasi sawit dari kebun ke pabrik.
"Ada juga membuntuti truk pengangkut, yang melaju pelan lantaran jalan rusak. Pada momen ini ninja sawit akan memanjat truk tersebut dan menurunkan sebisanya TBS yang diangkut truk," terangnya kepada Gatra.com, di Pekanbaru, Minggu (2/5).
Menurut Karman, ninja sawit yang langsung menuju kebun biasanya akan mencari kebun yang lebih luas. Sebab, semakin kecil luasan kebun kian muda diawasi. Selain itu semakin mudah akses jalan ke kebun tersebut semakin banyak celah untuk dimasuki.
"Tapi kalau kebun itu dimiliki perusahaan, biasanya mereka memiliki sumber daya tenaga pengamanan, memiliki portal di setiap akses kebun. Yang rentan itu kebun sawit milik masyarakat," ungkapnya.
Sementara itu petani sawit di Kecamatan Bangun Purba, Kabupaten Rokan Hulu, Suha, membenarkan lonjakan harga sawit akan mengundang kemunculan ninja sawit. Namun menurutnya sistem sosial warga desa bisa menjadi benteng atas aksi pencurian sawit.
"Warga desa terutama dusun, tentu saling mengenal satu sama lain, sehingga membuat mereka bisa tahu adanya orang asing. Ninja sawit itu biasanya orang luar kampung," tekannya.
Adapun aksi pencurian sawit sempat mendapat perhatian khalayak pada Juni 2020. Saat itu seorang ibu tertangkap mencuri TBS di kebun milik PTPN V unit Sungai Rokan di Kabupaten Rokan Hulu.
Gangguan keamanan semacam itu telah menimbulkan kerugian ratusan juta bagi perusahaan.Sebagai informasi, saat itu harga TBS berada dibawah angka Rp2.000 per kilogram, tepatnya di kisaran Rp1.000 sampai Rp1.500 per kilogram.