Semarang, Gatra.com - Sebagian warga Jawa Tengah yang diperantauan diketahui sudah mudik ke kampung halaman, sebelum diberlakukan larangan resmi mudik Lebaran pada 6-22 Mei 2021.
Gubernur Jawa Tengah (Jateng), Ganjar Pranowo membenarkan adanya sebagian warga yang sudah mudik tersebut. Menurunya, mereka kemungkinan karena sudah tidak ada pekerjaan di perantauan atau ada situasi mereka harus pulang.
“Ketika itu waktunya di luar ketentuan yang dilarang ya memang tidak apa-apa,” katanya tanpa menyebutkan jumlah warga yang sudah mudik ke Jateng, Jumat (30/4).
Menurutnya, kepada warga yang telah mudik ke Jateng itu yang penting mereka apakah sudah punya surat bebas Covid-19 serta cek kesehatan sebelum pulang. Bila masyarakat bisa mengikuti aturan ini sebenarnya tidak perlu ada kebijakan ketat soal mudik.
Problemnya, lanjut Ganjar, sebagian masyarakat tidak mentaati ketentuan ini, sehingga bisa berbahaya bisa menularkan ke orang lain, seperti kejadian di Pati.
Seperti di ketahui puluhan warga Desa Kuryokalangan, Kecamatan Gabus, Pati terkonfirmasi Covid-19 akibat tertular pemudik yang baru kembali dari perantauan.
Warga yang terkonformasi positif Covid-19 tersebut menjalani perawatan di Ruang Wijaya Kusuma RSUD Soewondo Pati dan sebagian lainnya lakukan isolasi mandiri di rumah.
“Kejadian Pati menjadi perhatian saya, karena ini dari mudik. Sudah dari mudik, mengundang orang, terus kemudian semua berkumpul, ya sudah. Ini karena orang menyepelekan,” ujarnya.
Kalau orang sudah menyepelakan aturan mudik, lanjutnya, dikhawatirkan akan muncul kelompok ini atau kelompok itu boleh tidak, sehingga potensi penularan Covid-19 yang tinggi.
Oleh karenanya, Ganjar memohon kepada masyarakat untuk bersama-sama mentaati peraturan agar semua sehat dan selamat. “Jadi bukan persoalan pembatasan. Aturan hanya sebagai instrumen pengingat, yang dibutuhkan adalah kesadaran masyarakat,” ujarnya.
Orang nomor satu di Pemprov Jateng ini mencontohkan kasus Covid-19 di Taiwan yang kecil, demikian pulang yang meninggal tidak sampai 10 orang, karena masyarakatnya sadar untuk menjaga bersama-sama dengan mematuhi protokol kesehatan.
“Sebenarnya yang kita butuhkan narasi seperti di Taiwan yakni kesadaran warganya untuk menjaga bersama-sama,” ujar Ganjar