Jakarta, Gatra.com – Mantan Sekretaris Wilayah (Sekwil) Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI), Asep Eka Dwi Sunandar, mengatakan, Hari Buruh atau May Day tahun ini harus menjadi momentum buruh untuk meningkatkan kapasitas diri agar tidak hanya bergantung pada tempat bekerja.
Menurut Asep, peningkatan kapasitas diri dapat dilakukan sesuai dengan minat, di antaranya mendalami ilmu pertanian. Sektor ini masih terbuka lebar, misalnya di wilayah Kalimantan Tengah (Kalteng).
"[Buruh] perlu memikirkan dan menggerakkan sektor lain, misalnya pertanian di Palangkaraya sehingga mampu swasembada sayur mayur dan kebutuhan pangan lainnya," kata dia.
Peningkatan kapasitas atau keahlian dan kualitas buruh ini sangat penting. "Tidak cukup menuntut ini dan itu, tetapi perlu meningkatkan kualitas dan kapasitas para petani di sini. Peluang pengembangan pertanian terbuka lebar," ujarnya dalam keterangan tertulis pada Jumat (30/4).
Asep membagikan kisahnya banting stir menjadi petani di Palangkaraya, Kalteng. Di sektor ini banyak tantangan yang harus diatasi demi hasil yang lebih baik atau maksimal.
Salah satunya, lanjut Asep, melakukan pendekatan untuk mengembangkan pupuk kandang bekerja sama dengan teman-temannya sesama kelompok tani. Dari rencana yang dibuat kelompok tani berhasil menanam cabai, kembang kol, kacang panjang, brokoli, dan sebagainya.
"Setidaknya kita bisa mengoptimalkan lahan dalam kondisi tanah yang tidak mendukung. Dengan hasil yang melimpah, kita bisa jual dengan harga kompetitif. Bahkan, untuk memenuhi kebutuhan Palangkaraya saja masih sangat kurang," katanya.
Asep mengungkapkan, mulai dari tahun 2016, setiap tahun omzet usahanya bisa mencapai ratusan juta. Ini adalah pencapaian yang baik buat pemula.
“Tantangan terberat adalah mengubah paradigma. Kita mengajak orang bergabung menghasilkan sesuatu dengan bercocok tanam, kita harus yakinkan dulu diri kita sehingga bisa menjadi contoh bagi mereka. Kalau sudah kelihatan, orang lain akan melihat," katanya..
Adapun hal yang paling membanggakan bagi Asep, adalah produk atau hasil pertanian laku dijual karena kualitas, sehingga menarik pihak lain untuk berkolaborasi, di antaranya kepala daerah memberikan perhatian khusus.
"Beberapa waktu lalu, kelompok tani yang kami bentuk, audiensi dengan wali kota dengan menyampaikan sejumlah hal yang perlu diperhatikan," ungkap mantan Ketua Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Cabang Palangkaraya itu.
Hal itu kian memacu Asep untuk mengembangkan diri dan potensi. Bersama enam orang rekan serta lahan seluas 2 hektare, perlahan ia pun mendapat kepercayaan untuk bekerja sama dengan sejumlah pihak.
"Kader muda tani mulai sekarang harus dididik tidak bergantung pada bantuan dan program pemerintah. Peningkatan kapasitas usaha terus kami lakukan bekerja sama dengan Yayasan Tambuhak Sinta dalam pelatihan tata kelola keuangan dan usaha hasil pertanian," kata Asep.