Jakarta, Gatra.com – Gede Robi, salah satu pemain film “Pulau Plastik”, menilai peluncuran film dokumenter ini sangat tepat mengingat sampah plastik masih menjadi persoalan besar di Indonesia.
“Kenapa film ini penting walau isunya lama? Karena apa namanya, timing-nya memang sangat dibutuhkan saat ini,” ungkapnya dalam konferensi pers seusai pemutaran film perdana di Plaza Senayan XXI, Jakarta Pusat, pada Kamis sore (29/4).
Robi menerangkan alasan kenapa waktunya sangat tepat, karena, terutama jika di Bali, kini tengah gencar-gencarnya menggalakan desa-desa agar semuanya dapat mengolah plastik. “Jadi sebenarnya, timing-nya pas banget untuk membuka diskusi untuk gerakan yang lebih masif. Jadi, kampanyenya masih jalan,” ucapnya.
Meski begitu, kata Robi, Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Bali sudah penuh. Selain itu, pencapaian dari kolaborasi antara pemerintah, sektor privat atau swasta dengan masyarakat, terutama masyarakat adat itu telah tampak terlihat. “Tapi begitu kemenangannya, begitu regulasi Bali sebagai provinsi pertama pada waktu itu mengeluarkan regulasi larangan plastik sekali pakai, tapi tiba-tiba pandemi,” ungkapnya.
Isu soal larangan plastik sekali pakai pun akhirnya tergeser oleh pandemi Covid-19 yang menjadi prioritas utama. Selain itu, penggunaan kemasan plastik pun menjadi bertambah.
"Cuman ini timing-nya bisa dibilang bagus lagi untuk diangkat karena mengembalikan skala prioritas orang-orang, supaya jangan sampe waktu kita pandemi, kita semua survival mode, produksi plastik tambah banyak,” ujar Robi.
Ada pun di Bali, ujar dia dalam konferensi pers yang dihadiri Eksekutif Produser Angga Dwimas Sasongko, Produser Ewa Wojwoska, Produser Lakota Moira, Co Produser Andre Dananjaya, serta Tiza Mafira pemain film "Pulau Plastik", sebenarnya gerakan tersebut sudah sangat organik dilakukan, namun masih memiliki pekerjaan rumah (PR) yang panjang.
Film dokumenter tersebut mengangkat isu ingkungan. Dikisahkan, puluhan ton sampah plastik yang dibuang setiap harinya, sebagian besar berakhir di laut, terpecah menjadi mikroplastik. Lalu termakan dan masuk ke dalam tubuh biota laut, hingga berakhir di piring orang-orang. Namun ada 3 orang yang menolak diam dalam melawan plastik sekali pakai, yakni Gede Robi, Tiza Mafira, dan Prigi Arisandi.
Menariknya, perpaduan antara ilmu pengetahuan, aktivisme, serta kesenian membawa mereka menelusuri sejauh mana jejak sampah plastik menyusup ke rantai makanan manusia hingga dampaknya terhadap kesehatan. Mereka melakukan aksi untuk menghentikannya.
Film dokumenter ini diadaptasi dari serial dengan judul yang hampir sama, yakni "Pulau Plastik: Perjalanan dan Catatan untuk Masa Depan”. Film tersebut disutradarai oleh Dandhy Laksono dan Rahung Nasution.
Film ini pun merupakan hasil kolaborasi dari Visinema Pictures, Kopernik, Akarumput, dan Watchdoc. Film "Pulau Plastik" juga telah hadir di bioskop Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang serta Bekasi (Jabodetabek), dan Bandung mulai hari ini hingga 8 Mei 2021 mendatang.