Jakarta, Gatra.com - Pemerintah Federasi Rusia melalui Duta Besarnya di Jakarta, Lyudmila Vorobieva menyatakan akan memberikan dukungan kepada Indonesia agar insiden kecelakaan kapal selam seperti KRI Nanggala-402 tidak terjadi kembali di masa depan. Lyudmila Vorobieva menyampaikan hal tersebut dalam konferensi pers secara daring pada Rabu (28/04).
"Kami menawarkan bantuan kepada Indonesia yang diharapkan akan menghindari insiden semacam itu terulang di masa depan, sebuah sistem deteksi,” ujar Lyudmila.
Lyudmila menjelaskan Rusia memiliki alat yang dapat mendeteksi secara dini ketika terjadi situasi seperti yang dialami KRI Nanggala-402.
Duta Besar untuk Indonesia itu turut mengungkapkan bahwa sejatinya ketika operasi penyelamatan KRI Nanggala-402 berlangsung, Pemerintah Rusia telah menawarkan bantuan kepada pemerintah Indonesia. Sayangnya, karena alasan jarak geografis, sebelum bantuan Rusia dikirim, kapal KRI Nanggala-402 telah terlebih dahulu ditemukan atas bantuan negara-negara tetangga Indonesia.
Lebih jauh, Lyudmila mengungkapkan hubungan antara Kementerian Pertahanan Indonesia dan Rusia saat ini terjalin dengan erat. Dirinya menceritakan bahwa Menteri Pertahanan Indonesia Prabowo Subianto telah mengunjungi Rusia beberapa kali dalam rangka mendiskusikan kerja sama pertahanan militer.
“Tidak sebatas pengadaan alutsista, namun juga soal kemungkinan pertukaran tentara Indonesia ke akademi militer Rusia untuk mempelajari berbagai strategi pertahanan militer tahun ini baik secara daring dan luring,” jelas Lyudmila.
Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin turut menyampaikan belasungkawa kepada Presiden Indonesia Joko Widodo melalui sambungan telepon pada Senin (26/04). Putin menyampaikan rasa duka cita dan dukunganya kepada Indonesia dan khususnya untuk segenap keluarga yang ditinggalkan atas insiden KRI Nanggala 402.
Sebagai informasi, Rusia meupakan salah satu negara produsen kapal selam di dunia. Negara ini juga pernah memiliki pengalaman pahit terkait kecelakaan kapal selam. Tepatnya pada tahun 2000 silam, kapal selam Kursk meledak di bawah perairan Barents, lautan antara Rusia dan Norwegia.