Jakarta, Gatra.com- Institusi riset IFG Progress yang diinisiasi oleh Indonesia Financial Group sebagai holding BUMN Perasuransian dan Penjaminan resmi diluncurkan pada Rabu, (28/4).
Dewan Penasihat IFG Progress, Agus Martowardojo, mengungkapkan bahwa lembaga ini ingin mempekerjakan sumber daya manusia yang punya karakter dan integritas tinggi.
“IFG Progress akan mendorong bagaimana kita bisa membuat sumber daya manusia yang bukan hanya pandai dan handal, tetapi mempunyai karkater yang kuat dan integritas yang baik, yaitu orang-orang yang profesional yang bisa menjalankan good corporate governance,” ujar Agus saat menjadi salah satu pembuka dalam webinar bertajuk IFG Progress Launching: Toward Stronger Financial Industry in Indonesia, Rabu, (28/4).
“Kita harus bangun human capital yang tidak hanya pandai, tetapi mempunyai integritas yang tinggi, yang tidak pandai menjanjikan. Lebih baik dia konservatif daripada terlalu menjanjikan, tetapi nantinya justru akan bermasalah,” tambah Agus.
Agus juga menambahkan bahwa industri keuangan Indonesia wajib melakukan inovasi produk yang handal. “Jangan kita membuat produk yang sebetulnya akhirnya nanti terlalu menjanjikan hasil yang terlalu tinggi, dan kemudian setelah itu dijual, orang yang akan bertanggung jawab atas investasi, akan menjadi sangat sulit, dan akhirnya mengambil risiko-risiko yang nggak perlu, dan akhirnya suatu hari akan bermasalah,” ujarnya.
Sebagai contoh, selama masa pandemi Covid-19, penjualan asuransi dan jaminan dana pensiun mayoritas dilakukan secara virtual. Oleh karena itu, Indonesia perlu membangun teknologi informasi yang baik. Teknologi informasi harus bisa meminimalisir risiko adanya pembobolan atau ketidakstabilan.
“Kita juga mesti meyakinkan rencana digitalisasi dari industri keuangan harus berjalan dengan baik. Adanya rencana digitalisasi ini akan membuat semuanya bertambah baik secara sustainable,” kata Agus.
Karena pandemi juga asuransi umum mengalami satu kendala, yaitu pertumbuhan yang terbatas. Meski demikian, Agus menyebut, pertumbuhannya secara nasional cukup baik imbas peran asuransi kredit. Asuransi kredit tumbuh tinggi. Namun, pertumbuhan tersebut harus diawasi agar tetap seimbang sehingga bisa meminimalisir panen permasalaahn di kemudian hari.
Sementara itu, kendala yang mengantam dana pensiun adalah fakta bahwa mayoritas dana pensiun Indonesia itu unfunded. Dengan demikian, Agus mengatakan, diperlukan penyikapan agar dana ini bisa terisi dan bisa umbuh ke depan dengan sehat.
Satu solusi yang bisa dijadikan langkah ke depan dalam industri keuangan Indonesia adalah meningkatkan fungsi investasi “SDM yang ditempatkan di manajemen dana pensiun harus betul-betul yang profesional dan handal. Jangan sampai pejabat-pejabat di dana penisun itu harus merangkap di institusi sendirinya dan akhirnya tidak fokus dan pada akhirnya akan menghasilkan risiko,” pungkas Agus.